Januari-Maret 2019, Kuningan Alami 83 Bencana
KUNINGAN - Selama kurun waktu Januari hingga Maret 2019 tercatat 83 kejadian bencana alam melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Kuningan. Rinciannya, berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), pada Januari 2019 terjadi 15 kali bencana alam di 15 desa di 11 kecamatan. Dominasi bencana alam adalah tanah longsor terjadi enam kali. Disusul angin kencang terjadi lima kali dan banjir serta kebakaran rumah atau gedung masing-masing dua kali. \"Bencana alam yang terjadi selama bulan Januari menyebabkan 48 bangunan terdampak. Di antaranya satu rumah warga mengalami rusak berat, satu rumah rusak sedang dan delapan rusak ringan serta 35 rumah terancam termasuk musala dan sekolah ditambah empat rumah terendam,\" sebut petugas Pusdalops pada BPBD Kabupaten Kuningan Avo Juhartono. Avo melanjutkan, kejadian bencana alam terbanyak terjadi pada Februari yaitu sebanyak 51 kali melanda 43 desa di 21 kecamatan. Dampak yang ditumbulkan praktis lebih banyak yakni menyebabkan 133 unit bangunan rumah, sekolah, musala hingga bangunan gedung pemerintahan desa mengalami rusak ringan hingga berat, terancam longsor dan juga terendam akibat banjir bandang. \"Terutama banjir bandang yang melanda beberapa daerah seperti Kadugede, Ciniru, Ciwaru dan Cilebak, menyebabkan 55 rumah terendam termasuk kantor pemerintahan desa dan sekolah. Juga ada dua jembatan yang putus yaitu jembatan Cimonte di Desa Jalatrang, Kecamatan Cilebak, dan jembatan penghubung Desa Dukuh Picung-Ciniru di Kecamatan Ciniru,\" ungkap Avo. Selain itu, ada 12 titik jalan terdampak longsor seperti tertimbun dan putus, lima tembok penahan tebing (TPT) ambrol dan 0,3 hektare sawah rusak. Akibat bencana yang terjadi selama Februari, kata Avo, seorang petani di Desa Sumberjaya, Kecamatan Ciwaru, tertimbun longsor saat sedang berteduh di saung hingga mengalami luka-luka dan 14 keluarga di Desa Cimenga, Kecamatan Darma, mengungsi akibat rumahnya terancam longsor susulan. Sedangkan selama Maret, lanjut Avo, terjadi 17 kali bencana. Terdiri dari 13 kali musibah tanah longsor dan dua kali bencana angin kencang dan kebakaran rumah. \"Namun demikian, hujan deras yang terjadi pada tanggal 11 Maret lalu menyebabkan satu korban meninggal dunia yaitu seorang bocah SD di Kelurahan Cigugur karena terbawa hanyut air selokan dekat sekolahnya. Beberapa kejadian tanah longsor selama bulan Maret terbilang kecil dan dampak yang ditimbulkan pun terbilang ringan,\" ungkap Avo. Terkait kondisi musim hujan tahun ini, Avo mengatakan, berdasarkan prakiraan cuaca tim BMKG memprediksi masih akan terjadi hingga pertengahan April mendatang. Meski demikian, kata dia, sejak memasuki Maret intensitas hujan sudah mulai berkurang dibanding Februari lalu. Namun demikian, masyarakat diimbau tetap waspada dari segala bencana yang mungkin terjadi. \"Tetap anomali cuaca tidak bisa diprediksi. Sekalipun beberapa hari terakhir ini terpantau curah hujan mulai menurun namun masyarakat diminta tetap waspada hingga bulan Mei hujan turun sangat deras. Kita masih berpatokan pada status siaga bencana tanah longsor dan banjir hingga bulan Mei mendatang, sehingga masyarakat diimbau untuk tetap waspada dengan selalu menjaga lingkungan, tidak membuang sampah ke sungai dan saling mengingatkan setiap ada potensi bencana dan melakukan tindakan antisipasi dini sehingga tidak sampai kejadian,\" pungkas Avo. (fik)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: