Kembangkan Pertanian Apung

Kembangkan Pertanian Apung

MAJALENGKA - Pemuda asal Desa Sindanghaji, Kecamatan Palasah, Toto Warsita sedang mencoba mengembangkan pertanian apung hidroganik (hidro organik). Ia mencoba melakukan penanaman di kolam seluas 225 meter persegi di belakang rumahnya. “Perlu ada intensifikasi pertanian dengan melakukan pertanian hidro organik atau hidroganik yang tidak mengggunakan bahan kimia,” beber guru SMAN 1 Rajagaluh ini. Dibeberkan Toto, saat ini dirinya bergabung dengan organisasi non pemerintah bernama Petani Organik Indonesia (POI). Saat ini ia sedang menanam padi terapung (Papung) di kolam ikan bawal. Untuk menampung tanah digunakan media penahan berupa botol galon plus bambu. Dibeberkan satu petak tanah terapung bisa membutuhkan 1 kuintal tanah. Setelah media tanam siap, setiap 20 cm ditanami benih tabela. Satu benih tabela akan menghasilkan 25 anak. ”Masa panen Papung selama 85- 90 hari dan dalam setahun bisa panen sebanyak 5 kali,” katanya, kemarin. Diungkapkan amoniak dan kotoran ikan dikonsumsi padi untuk pertumbuhan. Dengan sistem papung ini, sebut Toto selain tidak perlu lahan yang luas juga dari kolam ikan bisa menghasilkan padi. “Dengan dipandu dari tenaga ahli POI, kami melakukan percobaan Papung ini agar para generasi muda bisa tertarik untuk bertani,” harapnya. Diungkapkan, pengembangan pertanian dengan sistem hidroganik sudah dilakukan kepada tanaman pepaya, cabai, mahoni, jahe dan lainnya. Hasil panennya diakui Toto sangat bagus. Diakuinya, pihaknya sudah bisa membuat pupuk sendiri dengan non kimia dengan bahan dari daun- daunan seperti daun mahoni, sirsak, pepaya, kemangi dan daun kelor. “Kami ingin mencoba dengan menanam tdak dengan pupuk kimia dan beberapa tanaman non pukim hasil panennya sangat memuaskan. Dan mudah-mudahan percobaan Papung ini bisa berhasil,” harapnya. (ara)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: