Garis UMC dalam Bergerak adalah Tawassuth

Garis UMC dalam Bergerak adalah Tawassuth

CIREBON - Menebar ilmu yang sesat dapat mengakibatkan mahasiswa gagal paham tentang keislaman dan ilmu sekalipun benar. Pandangan menyamaratakan manusia (antara laki-laki dan perempuan) adalah paham radikal yang tidak cocok dengan filsafat pendidikan Islam. Hal itu disampaikan Rektor Universitas Muhammadiyah Cirebon, Prof Dr Khaerul Wahidin di hadapan ratusan wisudawan/wisudawati pada upacara pelantikan Wisuda Sarjana dan Diploma XXII Universitas Muhammadiyah Cirebon di Convention Hall UMC, Jalan Watubelah Sumber, Sabtu (30/3). Menurut Khaerul, mendidik manusia sejatinya adalah mengembalikan pada kodrat dan fitrah kemanusiaan secara harmoni dan serasi, bukan setara dan sama dalam keragaman mereka. Dalam buku berjudul The New World of Islam yang pernah populer tahun 1966, kata dia, terdapat frase yang menyatakan bahwa Islam sejak awal kelahirannya telah mampu mengubah tatanan kehidupan dari gelap-gulita menjadi terang-benderang. “Bagaikan kemerlip lampu cempor dengan cahaya kerlap-kerlip yang terkadang “pet-byar” (antara ada dan tidak ada), menjadi matahari yang menyinari siang. Dan bulan menerangi malam beserta bintang-bintangnya. Inilah esensi pergerakan yang melekat pada entitas Muhammadiyah,” paparnya. Dalam konteks perguruan tinggi Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) yang berkemajuan, bergerak lambat dapat dipahami sebagai kejumudan. Bergerak radikal juga kurang membawa maslahat. “Maka, garis UMC dalam bergerak adalah tawassuth (garis tengah atau Islam moderat). Sesuai dalam pemahaman teks Alquran tercermin dalam surat Al Baqarah ayat 143 yang dikaitkan dengan surat Al Imron ayat 104,” imbuhnya. Masih menurut Khaerul, secara kontekstual, pergerakan Islam berkemajuan ditopang dengan kecintaan warga UMC dalam berkhidmat secara sungguh-sungguh dan penuh keikhlasan, bukan kepura-puraan bagi sebesar-besarnya kemajuan bangsa. Islam yang moderat (tawassuth) menurutnya adalah berteman/toleran dengan semua golongan dan kalangan, karena sejatinya Islam tidak menyukai umatnya tercerai-berai, berkonflik dan bermusuh-musuhan. “UMC sebagai amal usaha PP Muhammadiyah mesti memulai dengan excellence service. Nilai-nilai moral Islam jika diterapkan dalam managemen perguruan tinggi dan didukung oleh seluruh civitas akademika, disertai dengan kemampuan bergerak dan melompat ke arah kemajuan, niscaya perguruan tinggi ini lebih banyak memberikan manfaatnya untuk bangsa. Semoga Allah senantiasa memberi tambahan hidayah kepada wisudawan untuk mengamalkan ilmu yang diperoleh dan mampu mengubah mindset bahwa memberi pekerjaan kepada orang lain lebih baik dari mencari pekerjaan,” tuturnya. Di tempat yang sama, Ketua Pelaksana Wisuda XXII Universitas Muhammadiyah Cirebon, Muhammad Nana Trisolvena berharap, ilmu, keterampilan, dan nilai-nilai kehidupan yang telah dipelajari mahasiswa selama mengikuti perkuliahan di UMC, dapat menjadi bekal untuk berkarya nyata secara profesional dan berintegritas, baik dalam ranah keluarga, masyarakat, maupun berbangsa dan bernegara. Dalam gelaran wisuda Semester Gasal Tahun Akademik 2018-2019 tersebut, sebanyak 391 wisudawan/wisudawati hadir mengikuti prosesi upacara pelantikan. Mereka berasal dari Prodi Akuntansi sebanyak 79 orang, Prodi Manajemen 77 orang, Prodi Teknik Informatika 4 orang, Prodi Ilmu Pemerintahan 25 orang, Prodi Ilmu Komunikasi 1 orang, Prodi PGSD 133 orang, Prodi PG-PAUD 24 orang, Prodi Teknik Industri 9 orang, Prodi Ilmu Keperawatan 33 orang, dan Prodi Hubungan Masyarakat 6 orang. (swn/rls)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: