Kader Ansor Kuningan Dites Baca Kitab Kuning

Kader Ansor Kuningan Dites Baca Kitab Kuning

KUNINGAN – Seluruh peserta Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) GP Ansor Kabupaten Kuningan dites kemampuan membaca kitab kuning (kitab klasik). Tes kemampuan membaca kitab kuning dimaksudkan, agar tidak mudah terjebak oleh pihak-pihak yang menafsirkan Alquran secara keliru. “Jadi dengan memahami kitab-kitab klasik yang meliputi fan adabiyan dan fan syar\'iyah, maka kita tidak akan mudah terjebak oleh pihak-pihak yang dengan sengaja menafsirkan ayat-ayat Alquran secara serampangan atau gegabah. Begitu pun dengan memaknai Al-Hadist,” kata Ketua GP Ansor KH Didin Misbahudin didampingi Ketua Rijalul GP Ansor Ustad Ridwan Asmuni dan Ketua Pelaksana Uus Syihabuddin Abdulloh kepada awak media, Senin (8/4). Dia menjelaskan, PKD yang diikuti kader Ansor sebagai media pembekalan ilmu pengetahuan, khususnya tentang keaswajaan yang berkaitan dengan amaliyah keseharian dan tradisi ajaran Islam yang sudah baku di Nusantara. “Karena sejatinya, jika kita berharap kebahagiaan maupun kesuksesan baik dalam kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat, maka harus senantiasa didasari dan disertai dengan ilmu pengetahuan. Dalam ilmu agama, tentunya yang bersumber dan mempunyai sanad atau mata rantai yang menyambung kepada Baginda Rasulullah SAW. Imam Ibnu Sirrin Ra berkata, Ilmu pengetahuan adalah bagian dari agama, maka hendaknya kamu harus memperhatikan dari siapa kamu mengambil agamamu,” ungkapnya. Oleh sebab itu, pihaknya menilai, di dalam sebuah tradisi warga nahdliyyin sanad keilmuan itu sangat penting. “Adanya tes kemampuhan baca kitab kuning atau kitab-kitab klasik, para peserta PKD diharapkan mampu menjawab semua tantangan masalah-masalah waqi\'iyah atau kekinian yang terus akan terjadi di sepanjang masa baik di dalam kehidupan berbangsa, bernegara terlebih dalam beragama,” ujarnya. Dirinya prihatin, saat ini kerap menemukan beberapa pihak yang menafsirkan ayat-ayat suci Alquran tanpa memperhatikan asbabun nuzul-nya. Kejadian itu sering ditemukan di media sosial, dan terkadang disebarkan oleh orang-orang yang justru tidak begitu memahami secara benar ayat-ayat tersebut. “Akhir-akhir ini kita sering kali menyaksikan di medsos, menafsirkan ayat Alquran tanpa memperhatikan asbabun nuzul, dan memaknai hadist tanpa mempertimbangkan asbabul wurud-nya. Sehingga yang terjadi adalah kerancuan pemahaman dan berpolemik di masyarakat awam,” tutupnya. (ags)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: