Cheng Beng Masuk Agenda Budaya, Usut Penjarahan Makam Tua

Cheng Beng Masuk Agenda Budaya, Usut Penjarahan Makam Tua

CIREBON-Kutiong selalu mengemuka tiap tradisi Cheng Beng. Tentang komplek pemakaman leluhur Tionghoa di Cirebon. Penggurusan oleh permukiman liar. Juga penjarahan oleh pihak tidak bertanggung jawab. Cheng Beng merupakan tradisi masyarakat Tionghoa. Yang masih berjalan di Tiongkok, juga di Indonesia. Tradisi yang berasal dari seorang anak rantau yang bertekad pulang ke kampung halaman setelah sukses. Sayang, sesampainya di kampung halaman, anak tersebut tidak menemukan orang tuanya. Kalaupun mereka sudah meninggal, dia ingin tahu di mana makamnya. Anak tadi kemudian memerintahkan semua orang membersihkan makam. Akhirnya ditemukan dua makam yang belum dibersihkan. Sang anak meyakini makam yang belum dibersihkan itu adalah makam kedua orang tuanya. Sejak itu, ritual Cheng Beng dijalankan. Di momen ini pula, selain tradisi ada permasalahan yang terus berulang namun tak kunjung ada solusi. Penjaran makam misalnya, masih kerap terjadi. Meski tahun 2010 sempat dilaporkan ke Polres Cirebon Kota. Yang tidak kalah mengkhawatirkan ialah penggusuran makam untuk permukiman ilegal. Kondisi ini dapat terjadi karena banyak makam Tionghoa yang tidak terurus. Oleh karenanya, Wakil Walikota Cirebon Eti Herawati akan mendorong salah satu tradisi yakni Cheng Beng sebagai salah satu agenda wisata di Cirebon. Eti juga akan menata dan melakukan pembenahan terhadap lokasi pemakaman Ku Tiong. Ini dimaksudkan untuk dijadikan ruang terbuka hijau (RTH). \"Tradisi Tionghoa ini bisa dijadikan sebagai agenda wisata di Kota Cirebon. Hanya saja kurangnya promosi sehingga belum banyak yang tahu,\" ungkap Eti, saat menghadiri peringatan Cheng Beng, belum lama ini. Dia menilai, kegiatan ini bisa memberikan dampak signifikan untuk perkembangan pariwisata di Kota Cirebon. Bila ditata dengan baik, bisa menjadi daya tarik wisatawan. Secara perlahan, pihaknya akan menata pemakaman Kutiong yang sudah berumur ratusan tahun tersebut. \"Kita akan tata, akan tetapi butuh dana yang tidak sedikit. Kita bertahap akan lakukan,\" ucapnya. Untuk melestarikan Cheng Beng, Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (DKOKP) Kota Cirebon, sudah memasukan tradisi ini dalam agenda budaya Kota Cirebon. Kemudian berencana melakukan penataan. Pelaksana tugas (plt) Kepala DKOKP Kota Cirebon EDi Bagja Rohaedi mengungkapkan, DKOKP akan menata dari sisi pariwisata, sedangkan dari sisi tata cara dan doa, tentu tidak bisa melakukan intervensi. Pihaknya akan melakukan dukungan untuk setiap kegiatan pariwisata yang mengeksplorasi ragam dan tradisi serta etnis yang ada di Kota Cirebon. Soal permasalahan Cheng Beng yang timbul tenggelam, Halim Eka Wardana membuka obrolan soal ini. “Sebagai warga Tionghoa, saya sedih,” katanya. Cheng-Beng adalah ritual berkunjung ke makam leluhur. Yang di Tiongkok sampai hari ini juga masih berlangsung. Bak mudik di Indonesia. Masyarakat dari perkotaan ramai-ramai ke kampung halaman. Mengunjungi rumah abu. Membawa sesajian yang biasanya makanan kesukaan mendiang selama masa hidupnya. Kesedihan tokoh yang bergiat di Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) disebabkan kondisi pemakaman yang jauh dari kata layak. Kesedihan juga dirasakan masyarakat Tionghoa lainnya. Pembongkaran makam yang dilakukan oleh sejumlah oknum di area pemakaman membuat sejumlah makam hilang. Tak sedikit juga yang berganti dengan rumah-rumah warga. Diduga, pembongkaran makam dilakukan untuk mencari perhiasan maupun barang-barang berharga yang ada di dalam makam. Sanak saudara Halim menjadi korban dari aksi sejumlah oknum itu. Barang-barang yang turut dikubur itu dijarah. \"Makam nenek saya. Ibunya nenek. Adiknya nenek yang laki-laki, yang perempuan sudah rata dengan tanah,” katanya. Halim sangat menyayangkan kondisi ini. Komplek pemakaman Tionghoa bukan hanya memiliki makna untuk keturunannya. Tapi juga punya sejarah tersendiri. Menjadi bagian dalam keberadaan masyarakat tionghoa di Cirebon. Tentu saja, harapan kepada pemerintah untuk bisa mempertahankan pemakaman tersebut. “Semoga keberadaannya bisa dirawat lebih baik saja,\" tambahnya. (myg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: