Kapan Anak Boleh Punya Gawai Sendiri? Ini Jawabannya

Kapan Anak Boleh Punya Gawai Sendiri? Ini Jawabannya

CIREBON - Polemik pembatasan penggunaan gawai (gadget) bagi anak terus berkembang di Indonesia. Beberapa negara maju telah menerapkan peraturan tertulis terkait pembatasan penggunaan gawai bagi anak di bawah umur. Di Indonesia sendiri, pengawasan orang tua masih memegang peranan yang besar terkait isu ini. PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) bekerja sama dengan Yayasan Belantara Budaya Indonesia menggelar Kelas Literasi Digital dengan tema “Kapan Anak Boleh Punya Gadget Sendiri?” di Grage Hotel, Sabtu (27/4) lalu. Literasi Digital itu menghadirkan Shanti Maya Founder & trainer socio lerning dan Diah Kusumawardani Wijayanti Founder Yayasan Belantara Budaya Indonesia. Acara ini juga dihadiri dan diresmikan Sultan Sepuh XIV Kasepuhan Cirebon, Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat. Yayasan Belantara Budaya Indonesia sendiri merupakan Yayasan yang memiliki 12 sekolah tari tradisional gratis di Indonesia. Salah satunya di Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat. Acara ini mengajak peran serta aktif 100 orang tua untuk memahami kebutuhan anak akan informasi. Tetapi mengerti rambu-rambu mana positif dan negatif tentang pengunaan gawai dan sosial media. Kolaborasi Sisternet yang memiliki literasi digital dan Yayasan Belantara Budaya Indonesia yang peduli dengan pendidikan, sejarah dan budaya, diharapkan memberikan wawasan orang tua akan pentingnya  pendidikan budaya di era digital. Group Head Corporate Communication XL Axiata, Tri Wahyuningsih mengatakan, sejak diluncurkan pada 2015, terus diupayakan agar Sisternet dapat menjadi pelopor dalam menginisiasi solusi bagi beragam permasalahan sosial yang kerap dihadapi perempuan Indonesia. Terutama saat mendampingi anak \"Berbekal teknologi digital yang dimiliki XL Axiata, Sisternet hadir memberikan solusi pada para perempuan dan ibu di Indonesia terkait pemanfaatan gawai secara positif bagi anak di era digital,\" tutur Tri. Sultan Kasepuhan Arief Natadiningrat mengaku sejak kecil belum mengenal gawai. Dulu di keraton latihannya hanya menari. Seiirng perkembangan, Keraton Kasepuhan setiap Sabtu digelar latihan tari gratis. Bahkan siswa tari yang ikut menari gratis sudah tampil di Jakarta. Sultan mengingatkan, keberadaan handphone (HP) itu perlu digunakan sebijak mungkin dan harus bermanfaat. \"Karena dunia nyata seperti belajar menari dan kegiatan lainnya terdapat banyak. Kita hikmah bisa bertemu dan berinteraksi langsung. Dan Ini yang harus kita teruskan, jangan di kamar saja lihat handphone,\" kata Sultan. Karenanya Sultan mengucapkan terima kasih kepada Sisternet atas hadirnya kelas literasi digital. Untuk itu dirinya mengajak untuk bijak menggunakan handphone. Santi Maya Founder And Trainer Socio Learning menjelaskan, kebiasaan orang tua ketika anak rewel oleh ibunya dikasih gawai. Padahal menurutnya, orang tua jangan diam ketika anak bermain gawai berjam-jam. Idealnya 1-2 jam menggunakan gawai setiap hari. Kalaupun bermain gawai, kata Santi Maya, harus melalui pendampingan. Karena bagaimana pun, kalau seorang anak dijaga untuk tidak menggunakan HP, tapi temannya menggunakan HP, bisa menimbulkan kecemburuan, bahkan kemarahan. Maka yang diperlukan orang tua untuk bisa bersikap bijak. “Kita tidak melarang, tapi kita harus mengatur waktunya. Biasanya ada teknik bagaimana ibu bisa komunikasi dan memengaruhi anak,” pungkasnya. (abd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: