Pembangunan Proyek Jembatan Gantung Kempek, Kontraktor dan Pekerja Masih Utang ke Warga

Pembangunan Proyek Jembatan Gantung Kempek, Kontraktor dan Pekerja Masih Utang ke Warga

CIREBON-Jembatan gantung di Desa Kempek, Kecamatan Gempol, masih menyisakan masalah. Hingga kini, utang kontraktor dan pekerja ke warga, belum juga dilunasi. Mereka berharap pada kebijaksanaan kuwu. Namun kuwu diam, karena merasa belum ada warga yang melapor. Melansir pemberitaan sebelumnya oleh Radar Cirebon, proyek jembatan Gantung Kempek yang digagas Kementerian PUPR, telah rampung dan diresmikan. Namun, beberapa di antara warga mulai buka suara terkait utang yang ditinggalkan kontraktor. Jumlahnya tidak sedikit, mencapai puluhan juta rupiah. Terhitung mulai dari pemilik warung, penyedia jasa atau alat las, hingga material bahan bangunan. Sajam (38), penyedia jasa dan alat las misalnya. Dirinya tidak tahu harus mengadu kepada siapa lagi. Pasalnya, genset dan alat las miliknya, rusak ditinggalkan begitu saja, setelah disewa oleh kontraktor pelaksana pembangunan jembatan. Janji akan diperbaiki, selalu menguap dengan berbagai alasan. Tidak hanya itu, uang sewa kedua alat tersebut juga belum dibayar. Dari peristiwa itu, Sajam berharap kebijaksanaan Kuwu Kempek untuk memfasilitasi dan mencari solusi atas apa yang menjadi keluhan warga. Pasalnya, usaha lasnya menjadi terhambat karena alat-alat yang ia miliki sebelumnya, tidak lagi dapat digunakan. Menurut Sajam, beberapa kali rencana mediasi antara kontraktor dengan warga selalu buntu. Dengan alasan, kontraktor tidak hadir dalam setiap pertemuan. “Genset dan mesin las dibawa. Pas di sana (proyek jembatan gantung, red) rusak semua. Bilangnya mesin las mau diservis, tapi sampai sekarang belum dikembalikan. Genset udah dikembalikan, tapi keadaannya rusak,” terangnya. Dikonfirmasi mengenai keluhan warga, Kuwu Kempek, Imron Rosadi tidak menampik adanya utang yang ditinggalkan kontraktor pelaksana proyek jembatan. Namun ,Imron juga mengaku belum menerima laporan dari warga terkait utang yang masih ditinggalkan kontraktor. Apabila masih ada sangkutan utang, kuwu juga menganjurkan warganya datang ke balai desa untuk menemuinya, dan membicarakan apa yang menjadi keluhan. \"Saya juga tidak tahu sampai sekarang utang kontraktor sudah dilunasi atau belum. Karena hingga sekarang (kemarin, red), belum ada warga yang melapor kepada saya. Terakhir, hanya saat peresmian dan saat itu pihak kontraktor menjanjikan akan dibereskan semua utang atau 1 minggu setelah peresmian,\" ujar Imron kepada Radar Cirebon, (6/5). Jika ada warganya yang melapor, Imron mengaku bersedia memfasilitasi antara keduanya. Yakni melalui Kementerian PUPR untuk mendesak pihak kontraktor segera melunasi apa yang selama ini menjadi tanggungannya. \"Karena kalau saya yang menanyakan kepada warga yang merasa diutangi satu per satu, ternyata sudah dilunasi, nanti dikiranya ada apa-apanya. Kan tidak elok seperti itu. Kalau warganya yang datang ke saya, saya akan carikan solusi. Salah satunya mendesak PUPR untuk segera memanggil kontraktor agar segera melunasi utang,\" katanya. Sebelumnya, Sueni (43) yang membuka usaha warung tidak jauh dari lokasi jembatan juga mengeluh. Pasalnya, utang pekerja kontraktor sebesar Rp9.750.000, dan baru dibayarkan Rp4,5 Juta, pada Senin (29/4) siang. “Nggak tahu tanggung jawabnya bagaimana. Totalnya Rp9.750.000 dan baru dibayar Rp4,5 juta tadi (Senin 29/4, red),” ucapnya. Sueni bercerita, masing-masing pekerja rata-rata memiliki utang lebih dari Rp500.000. Pada umumnya untuk rokok. Dirinya juga mencatat secara rinci besaran utang melalui nota di selembar kertas. Total Rp9.750.000, merupakan utang yang digabung dari dua warung. Yakni warung kopi milik Sueni dan warung nasi milik Arya. Sueni berharap, kontraktor dapat menepati janjinya untuk melunasi sisa utang yang belum dibayarkan pada minggu pekan depan atau sesuai apa yang dijanjikan. (ade)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: