Bubur Harisa, Tradisi Unik dan Langka Setiap Ramadan Tiba Untuk Para Musafir, Dilakukan sejak Tahun 1918

Bubur Harisa, Tradisi Unik dan Langka Setiap Ramadan Tiba Untuk Para Musafir, Dilakukan sejak Tahun 1918

Bagi umat muslim, bulan Ramadan bukan saja tentang puasa, tetapi juga waktu untuk berbuat baik kepada sesama. Umat muslim percaya bahwa kebaikan yang mereka lakukan di bulan puasa akan diganjar pahala berkali-kali lipat. SALAH  satunya yang dilakukan oleh Muhammad Basayut (67). Pria keturunan Arab warga Jalan Pekarungan Kelurahan Panjunan Kota Cirebon ini setiap kali bulan Ramadan memiliki tradisi tersendiri. Yakni, membuat dan membagikan Bubur Harisa untuk para musafir yang singgah di Kota Cirebon. Dikatakan pria yang akrab disapa Abah Muh itu, tradisi menyediakan makan untuk berbuka puasa sudah dilakukan oleh Syech Muhammad Islam Basayut, kakeknya sejak tahun 1918. Pemberian Bubur Harisa itu bermula ketika Islam Basayut prihatin karena sering melihat banyak musafir yang singgah ke wilayah Panjunan saat bulan Ramadan. Tak jarang para musafir itu kelaparan karena kehabisan uang. Musafir itu biasanya datang dari wilayah Jakarta yang ingin bepergian ke arah Jawa Tengah atau sebaliknya. Sambil menunggu pemberangkatan kereta, mereka biasanya memenuhi masjid-masjid. Salah satunya di Masjid As Syafii Basayut, yang tepat berada di depan rumah kakek Abah Muh. \"Awalnya karena prihatin melihat musafir, kemudian kakek saya memberikan Bubur Harisa. Dan itu dilakukan setiap tahun. Kami keturunannya yang meneruskan tradisi itu,\" terang  Abah Muh. Harisa sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti penjaga atau menjaga. Sejak hari pertama puasa, Abah Muh bersama keluarganya membuat Bubur Harisa. Pembuatannya dilakukan usai Duhur. Dalam pembuatannya, menggunakan bahan baku utama beras yang dicampur dengan daging kambing dan rempah-rempah. Setiap hari, keluarga Basayut memasak 5 kilogram beras dan 3 kilogram daging kambing untuk dijadikan Bubur Harisa. Ternyata cara pembuatan bubur harisa cukup mudah. Yang pertama kali adalah mendidihkan air. Setelah itu memasukkan beras. Diaduk hingga menjadi lembek. Baru setelah itu masukkan santan. Kemudian daging kambing dan rempah-rempah. Bubur terus diaduk hingga masak. Diperlukan waktu kurang lebih 2 jam. Setelah matang dan dingin, Harisa disajikan di atas nampan besar. Lalu bubur itu dibawa ke Masjid As Syafii. Biasanya bubur itu dibagikan kepada tetangga, tukang becak, tukang ojek atau orang orang yang kebetulan singgah ke Masjid As Syafii. Tidak jarang, beberapa orang datang jauh-jauh demi menikmati Bubur Harisa. \"Kalau yang sudah tahu sih biasanya langsung datang dan ngambil. Tadi ada saja dari Perumnas,\" ujarnya. Menjelang buka puasa, Bubur Harisa biasanya akan disajikan bersama kurma, kopi jahe, dan teh manis. Tidak perlu khawatir tidak mempunyai wadah untuk menikmatinya, karena dari pihak DKM sudah menyediakan mangkok atau piringnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: