Pakai Mesin Panen Lebih Cepat, Sulit Cari Buruh Tani Gunakan Alat Moderen
INDRAMAYU-Menghadapi musim panen saat ini, pemilik sawah di Kabupaten Indramayu kesulitan mencari buruh tani untuk memanen padi. Mereka terpaksa memanfaatkan teknologi pertanian guna memanen sawah mereka. Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu Sutatang mengatakan, panen serentak membuat ketersediaan tenaga buruh tani semakin menipis. Hal itu terjadi, kata Sutatang, karena tak imbangnya jumlah luas areal panen dengan jumlah buruh yang ada. Apalagi, kebanyakan usia para buruh tani sudah tidak lagi muda. Hal itu diperparah dengan minimnya regenerasi. “Kita memang kekurangan buruh tani, karena sulitnya regenerasi,” kata pria yang akrab disapa Tatang ini, Kamis (9/5). Tak ayal, saat ini tenaga buruh pertanian tengah menjadi incaran para pemilik lahan sawah. Jika beruntung mereka akan mendapatkan bantuan tenaga dari buruh tani. Namun jika tak kebagian mereka mau tak mau harus mencari cara lain supaya panen bisa terus berjalan. Salah satu cara yang dilakukan guna menyikapi kurangnya buruh yakni dengan memanfaatkan alat pertanian moderen. “Pakai mesin untuk memanen imbas dari kurangnya buruh,” ujarnya. Lebih lanjut, dikatakan Tatang, secara matematis biaya produksi penggunaan alat pertanian tak begitu jauh jika dibandingkan dengan buruh tani. Selilishnya dalam satu hektare lahan panen hanya Rp600.000 saja. “Kalau pakai tenaga buruh per hektarenya Rp 4,6 juta. Kalau pakai mesin di angka Rp Rp 4 juta,” ungkapnya. Meski lebih murah, terkadang petani kurang begitu terbiasa menggunakan alat pertanian moderen. Mereka pun masih terbiasa menggunakan jasa buruh tani untuk membantu melakukan panen raya. Tapi, jika sudah terbiasa bukan tak mungkin ke depannya para petani akan terbiasa dengan alat pertanian moderen. Sementara itu, petani asal Desa Tugu, Iskak menuturkan, ongkos sewa menggunakan alat pertanian moderen satu hektarenya dibanderol Rp4 juta. Dijelaskan Iskak, manfaat yang didapatkan dirinya saat menggunakan alat pertanian moderen sangat terasa, diantaranya waktu proses panen menggunakan alat moderen sangat cepat. Selain itu, menurutnya, kualitas gabah hasil panen yang didapat lebih bagus. “Dengan menggunakan alat, satu bau hanya butuh waktu dua jam. Sementara kalau manulai bisa empat sampai lima hari,” tuturnya. Sementara itu, Tulad, petani asal Lombang Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu, masih enggan menggunakan alat pertanian moderen. Sebab dia khawatir lahan pekerjaan para buruh tani akan tergusur. Jika begitu maka bisa menutup mata pencaharian sebagian warga yang bergantung pada profesi buruh tani. “Kalau semua pakai alat, kasihan nanti para buruh bisa menganggur,” katanya. (oet)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: