Kereta Singa Barong Dibuat Tahun 1549, Gabungan Tiga Agama, Budaya dan Negara

Kereta Singa Barong Dibuat Tahun 1549, Gabungan Tiga Agama, Budaya dan Negara

CIREBON-Sejumlah kereta Cirebon dijadikan opsi sebagai ikon untuk monumen yang diusulkan Walikota Cirebon Drs H Nashrudin Azis SH. Masing-masing punya keunikan, nilai seni, sejarah juga pengaruh dari kebudayaan Cirebon itu sendiri. Salah satunya, Kereta Singabarong yang kini berada di Museum Keraton Kasepuhan Bisa di bilang, kereta ini jadi ikon Museum Keraton Kasepuhan. Ditempatkan persis di tengah-tengah museum dengan kaca yang mengililingi. Meski hanya mengamati di balik kaca, detil kereta bisa terlihat dengan baik. Memadukan tiga unsur dari tiga agama, tiga budaya dan tiga negara. Kereta Singa Barong menjadi salah satu peninggalan bersejarah dari Keraton Kasepuhan. Dibuat oleh Pangeran Losari pada abad ke 15 atau pada tahun 1549. Pembuatnya merupakan cucu dari Sunan Gunung Jati yang merupakan tokoh penting di tanah Cirebon ini sebagai salah satu dari 9 Wali di peradaban Islam Jawa paling berpengaruh. Dibuat dari bahan material kayu laban dan besi tempa, hingga kini masih kokoh berdiri meski usianya sudah ratusan tahun lamanya. Bahan cat untuk mewarnai lapisannya itu terbuat dari serbuk intan dan serbuk emas dengan kereta yang berwujud makhluk prabasa atau makluk hayalan hasil imajinasi dari Pangeran Losari. Di Museum Keraton Kasepuhan ini juga, terdapat sketsa kereta Singa Barong yang dipahat di atas kayu jati. Makhluk imajanisasi itu merupakan gabungan dari tiga hewan yakni gajah dengan belalainya, bermahkotakan naga, dan bertubuh burok. Belalainya bermakna simbol persahabatan antara Cirebon dan India juga dalam hal ini agama Hindu. Sedangkan tanduk naganya menjadi simbol persahabatan diantara Cirebon dan Tiongkok. Sedangkan sayap garuda yang ada pada bentuk kereta Singa Barong itu menjadi simbol antara Cirebon dan  Mesir dengan agama Islam kental di dalamnya. \"Tiga budaya, agama dan negara ini lah yang disatukan dalam wujud Kereta Singa Barong ini,\" tutur Petugas Museum Keraton Kasepuhan, Raden Muhammad Hafid Permadi. Nanang sapaan akrabnya, mengulas detil lainnya. Pada belalainya terdapat tombak trisula yang melambangkan alat pemikiran manusia cipta, rasa dan karsa. Terdiri atas empat roda dengan dua roda depan kecil dan dua roda belakang yang berukuran lebih besar. Fungsi roda tersebut untuk meredam bobot kereta agar tidak terlalu berat. Selain itu fungsi empat roda dengan ukuran yang berbeda tersebut dibuat agar kereta mudah bermanuver. Termasuk menikung tajam sekalipun. Tidak hanya itu saja, penutup (atap) pada bagian atas kereta pun bisa dibuka yang disesuaikan dengan keinginan sultan. Bahkan di bagian belakang dilengkapi dengan bagasi. Konon semua mobil canggih buatan Eropa mengadopsi teknologi yang ada di Kereta Singa Barong ini. Dalam masanya, Kereta Singa Barong digunakan saat kirab malam 1 Muharam serta untuk pelantikan sultan. Keistimewaan dair Kereta Singa Barong dibandingkan dengan kereta lainnya, yakni telah memiliki terapan seperti mobil saat ini. Kereta ini dilengkapi dengan shock breaker yang terbuat dari kulit kerbau. Juga ada stabilizer yang memungkinkan untuk secara otomatis lidah dan sayap Kereta Singabarong ini akan bergerak sendirinya ketika kereta bergerak. \"Saat itu juga digunakan untuk kirab di wilayah Kota Raja yang luasnya sekitar 50 hektar. Seperti dari Lawanggada, Pasuketan, Lemahwungkuk yang menjadi wilayah Kota Raja,\" tuturnya. Banyak peneliti yang sudah mampir melihat Kereta Singa Barong milik Keraton Kasepuhan itu. Pendapatnya, Kereta Singbarong menjadi kereta terunik dan tercantik di dunia. Mengingat aksennya yang sangat mendetail dengan bentuk indah dan sarat makna persahabatan itu menjadi sinergi membentuk sebuah kereta yang bukan hanya cantik penampilannya, namun memiliki historis manis di dalamnya. Sejak pembuatannya, Kereta Singabarong terakhir digunakan pada tahun 1942. Yang kemudian dimusiumkan di tahun 1997 dengan dibuatkan replika tiruan Kereta Singa Barong yang saat ini masih digunakan. \"Duplikasinya masih digunakan dan yang asli kami istirahatkan sudah tidak digunakan lagi. Sekarang dua-duanya ada di Museum Keraton Kasepuhan,\" tuturnya. Untuk perawatannya sendiri, biasa dilakukan pada Kamis Bada Ashar. Diberikan asap menyan dan ukup untuk mengusir rayap dan mengawetkan material kayu Kereta Singa Barong. Setelah itu, setiap tanggal 5 Suro akan dimandikan dengan air bunga 7 rupa agar tetap harum dan bersih. (myg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: