Densus Urai Jaringan Teroris Lampung

Densus Urai Jaringan Teroris Lampung

JAKARTA - Perburuan terhadap tersangka teroris terus berlanjut. Setelah operasi empat kota, kemarin Densus 88 bergerak ke Lampung. Tim sukses membekuk empat orang yang masih terkait dengan kelompok sebelumnya. “Empat tersangka yang ditangkap diduga membantu perampokan di BRI Lampung,” ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar di Mabes Polri kemarin (10/5). Hasil dari aksi perampokan BRI di Lampung itu digunakan untuk pendanaan kegiatan terorisme (fa\'i). “Proses penangkapan itu merupakan hasil pengembangan dari Bandung dan Jawa Tengah dua hari lalu,” katanya. Boy menjelaskan, jaringan ini memang beroperasi lintas kota. Setelah Lampung, tim pun akan bergerak lagi. “Masih berlanjut, ada beberapa nama yang masih dikejar,” kata mantan Kapolres Pasuruan Jawa Timur itu. Empat yang ditangkap di Lampung diduga merupakan perampok Bank BRI Pringwesu pada 22 April 2013 lalu. Uang Rp466 juta raib dibawa perampok ketika itu. Dana rampokan ini diduga untuk membiayai kegiatan teror mereka di Poso. Di sisi lain, tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri tengah mencari sampel pembanding terhadap tujuh jenazah terduga teroris, yang ditembak mati di beberapa daerah, tiga hari lalu. Ketujuh jenazah itu merupakan kelompok Abu Roban, yang juga tewas di Batang, Jawa Tengah. Ketujuh jenazah tersebut kini sudah berada di kamar jenazah rumah sakit Polri Kramat Jati Jakarta Timur, dan tengah ditangani tim medis. “Identifikasi mulai dari kemarin malam, oleh Tim DVI. Ini proses menyambungkan antara fakta yang ada dan keluarga. Memastikan jati diri, akan kami konfirmasi data ante mortem (sebelum mati, red) dan post mortem,” beber Boy. Hingga kini, imbuh Boy, Polri masih mencari tahu alamat keluarga, untuk mengambil sampel darah atau catatan lain yang dimiliki keluarga, agar bisa dicocokkan dengan ketujuh jenazah tersebut. “Prosesnya sekitar satu minggu,” katanya. Secara terpisah, anggota DPR Hajriyanto Thohari menyesalkan masih ada anggota teroris yang tewas. “Operasi penindakan Densus 88 masih represif. Padahal, korban seharusnya bisa dihindarkan,” kata politisi Golkar itu. Hajriyanto menambahkan selama ini Densus 88 masih banyak melakukan pemberantasan dengan menembak mati terorisme, tapi saat bersamaan teroris terus bermunculan. “Ditembak satu muncul seribu. Aspek pencegahan tidak berhasil dilakukan,” katanya. Wakil Ketua MPR itu berharap polisi melakukan evaluasi terhadap prosedur penindakan. “Karena kalau ada yang mati, terus ada dendam. Siklusnya berulang,” katanya. (rdl)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: