Jepang Kerjasama dengan Jawa Barat Bahas Lingkungan, Khususnya Sampah dan Sungai Citarum

Jepang Kerjasama dengan Jawa Barat Bahas Lingkungan, Khususnya Sampah dan Sungai Citarum

TOKYO — Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, dalam lawatannya ke Jepang bertemu secara khusus dengan Menteri Lingkungan Hidup (LH) Jepang, Tsukasa Akimoto, Senin (20/5) waktu setempat. Ridwan Kamil dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh Vice Minister for Global Environment Affairs KLH Jepang Yasuo Takahashi tersebut, memaparkan hubungan kerjasama antara Indonesia-Jepang. Khususnya dengan Jawa Barat yang sangat panjang. “Provinsi kami bisa dibilang rumah kedua bagi orang Jepang di Indonesia,” kata gubernur yang akrab disapa Kang Emil ini. Menurutnya, apabila melihat letak dan kondisi geografis, Jawa Barat mirip dengan Jepang, yakni banyak memiliki gunung berapi, bencana gempa dan kerap mengalami musibah tsunami. Pertemuan dengan Yoshiaki Harada sekaligus menyampaikan dua rencana kerjasama. “Pertama berkaitan dengan metropolitan, dan kedua soal kebencanaan,” kata Emil. Terkait metropolitan, pihaknya memastikan tengah fokus pada pengendalian lingkungan. Salah satunya adalah pengelolaan sampah perkotaan. Jawa Barat berencana, ke depan, pengelolaan sampah bisa ramah lingkungan seperti layaknya di Jepang. “Sebagai gubernur, saya membawahi 27 kota. Di mana, jika ada 1 proyek lingkungan berhasil, saya jadikan contoh untuk daerah lainnya,” jelasnya. Langkah pertama menyelesaikan sampah perkotaan, menurutnya, sudah dilakukan Jawa Barat dengan membangun fasilitas pengelolaan dan pemrosesan akhir sampah (PPAS) Lulut, Nambo, Bogor atau Luna. Luna yang nilai proyeknya mencapai US$ 60 juta akan melayani sampah di Bogor Raya plus Tanggerang Selatan. “Sekarang kami akan membangun lima fasilitas dari sampah plastik menjadi bahan bakar. Kalau ini berhasil, sampah-sampah plastik perkotaan bisa kita ambil dan jadikan bahan bakar. Akan mengurangi sampah plastik yang mencemari lingkungan,” kata gubernur. Pada Menteri Tsukasa Akimoto pun menyampaikan rencana Jawa Barat yang akan menjadi provinsi pertama yang memasukkan kurikulum kebencanaan di sekolah dasar dan menengah. “Oleh karena itu, kami mohon dibantu. Contoh modul pengajaran di sekolah yang bisa kami latih ke guru dan diajarkan kepada anak sekolah,” kata Emil. Selain itu, pihaknya juga meminta bantuan teknologi bagaimana mengubah Citarum yang masih menjadi sungai terkotor berubah menjadi sungai terbersih. “Karena presiden menugaskan saya 5 tahun untuk membersihkan. Mudah-mudahan Pak Menteri bisa membantu saya,” katanya. Menteri Tsukasa Akimoto menyambut baik rencana dan tawaran kerjasama yang disampaikan Ridwan Kamil. Terutama terkait kurikulum kebencanaan. Pihaknya bisa menerapkan hal tersebut belajar dari sejumlah bencana yang menimpa Jepang. “Kami banyak belajar dari pengalaman bencana, di wilayah Timur di Jepang,” katanya. Khusus terkait Citarum, pihaknya mengaku sudah pernah datang berkunjung ke Jakarta dan melihat kondisi Sungai Ciliwung. Akimoto mengaku, pihaknya merekomendasikan apa yang sudah dilakukan agar sungai menjadi bersih. “Di setiap titik tertentu, bangun sarana pengelolaan air sebelum dibuang ke sungai. Dulu sungai di Tokyo tercemar, sekarang jadi bersih,” katanya. Menurut dia, dengan adanya fasilitas pengelolaan air, maka sebelum air kotor masuk ke sungai, dibersihkan terlebih dahulu di penyaringan. Akimoto menghitung, untuk membangun sarana tersebut biayanya tidak terlalu tinggi. “Dan kami bisa bantu. Kami juga berkomitmen akan memberikan dukungan dan kerjasama dengan provinsi bapak. Kami juga siap mempererat kerjasama dengan JICA untuk mempererat hubungan dengan bapak,” tutur Menteri. (rls)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: