Langkah Boris Johnson Tak Mulus, Ada 8 Kandidat Pengganti Theresa May

Langkah Boris Johnson Tak Mulus, Ada 8 Kandidat Pengganti Theresa May

LONDON-Lembaga survei maupun bandar judi menjagokan Boris Johnson sebagai perdana menteri Inggris. Tokoh pro-Brexit paling termasyhur itu dinilai punya banyak dukungan di lingkaran politik Partai Konservatif. Namun meski unggul di survei, hal itu bukan berarti langkah Johnson ke kursi pimpinan 10 Downing Street bakal mulus. Kampanye untuk menjegal pria berusia 54 tahun itu muncul. Kampanye tersebut datang dari kubu Konservatif yang menghindari situasi no deal Brexit (perpisahan dengan Uni Eropa tanpa kesepakatan) dengan segala cara. Salah satunya, Menteri Pembangunan Internasional Rory Stewart. \"Satu atau dua minggu lalu, saya berbincang dengan dia (Johnson, red). Saat itu saya minta dia menjamin tak ada no deal dan dia mengiyakan,\" ujar Stewart kepada BBC. Stewart merasa terkhianati karena Johnson tiba-tiba menyebut kemungkinan no deal saat menyambut bursa ketua Konservatif terbaru. Karena itu, dia mengaku sudah berpindah kubu. Tanpa tedeng aling-aling, Stewart mengaku bakal melakukan apa pun untuk menekuk mantan menteri luar negeri itu dalam kompetisi internal partai. \"Yang dia lakukan adalah kesalahan yang merusak negara. Saya tak akan bisa bekerja untuk orang seperti itu,\" tegasnya. Menteri Kehakiman David Gauke ikut gelombang protes tersebut. Dalam artikel opininya di The Guardian, dia mengklaim Johnson hanya berusaha memicu populisme tanpa memedulikan kepentingan ekonomi dan negara. \"Kita harus berhenti berpura-pura bahwa keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan tak akan menyulitkan. Hal itu akan merusak ekonomi dan melemahkan keamanan negara,\" tegasnya. Sebagian besar anggota Konservatif moderat sudah meluncurkan protes atas pencalonan Johnson. Padahal, kandidat pengganti Theresa May yang menganut paham Brexit garis keras bukan hanya Johnson. Mantan Menteri Brexit Dominic Raab dan mantan Ketua Majelis Rendah Andrea Leadsom juga mempromosikan gerakan Brexit tanpa kesepakatan. \"Kami dengan senang hati keluar dari meja negosiasi,\" ujar Raab. Tetapi, sasaran anggota Konservatif pro-Eropa cuma Johnson. Sebab, pria kelahiran New York, AS, itu merupakan kandidat terpopuler saat ini. Lembaga survei YouGov mengatakan, 32 persen rakyat Inggris menyukainya. Angka popularitas itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan politisi mana pun di Britania Raya. Bagi Konservatif, Johnson boleh jadi penyelamatnya. Sejak dikuasai Theresa May, posisi partai tertua di Kerajaan Inggris tersebut terdesak di tepi tebing. Dalam pemilu Eropa, kubu mereka sudah terdesak oleh Partai Brexit yang dipimpin Nigel Farage. Dalam politik dalam negeri, kubu mereka terus didesak Partai Buruh yang dipimpin Jeremy Corbyn. Kedua lawan menggunakan kebijakan populis untuk mengambil hati masyarakat. Namun, dalam survei yang sama, 46 persen masyarakat Inggris justru membenci pria berambut pirang itu. \"Saat ini dia (Johnson, red) merupakan politisi yang paling disukai sekaligus dibenci di Inggris,\" ujar Scott Lucas, profesor politik di University of Birmingham. Sementara, berdasarkan data yang dihimpun, sedikitnya ada tujuh kandidat lain selain Boris Johnson. Tujuh nama itu adalah Dominic Raab, Michael Gove, Jeremy Hunt, Sajid Javid, Andrea Leadsom, Rory Steward dan legislator Sir Graham Brady. PEMILU EROPA DIHELAT Saat warga Inggris ribut soal pengganti Theresa May, warga negara lain di Uni Eropa lebih fokus untuk menghelat pesta demokrasi masing-masing. Kemarin 21 negara menggelar pemilu untuk menentukan perwakilan mereka di Dewan Perwakilan Eropa. Tahun ini perseteruan antara kubu pro-Uni Eropa dan nasionalis terjadi di banyak negara. Presiden Prancis Emmanuel Macron memimpin sendiri kampanye untuk mencegah kubu Marine Le Pen duduk di kursi pengambil kebijakan Eropa. \"Macron menantang kita. Kami terima tantangan itu,\" ujar Le Pen sebagaimana dilansir Agence France-Presse. Politikus perempuan tersebut memimpin aliansi dengan paham nasionalis di Prancis. Di Inggris, Partai Brexit milik Nigel Farage pun diprediksi menang besar dalam perhelatan pemilu kali ini. Jika memang terwujud, hubungan Inggris dengan Uni Eropa bakal menjadi lebih buruk. Sebab, prinsip utama Partai Brexit adalah membuat Inggris keluar secepat-cepatnya dari aliansi Benua Biru itu. (reu/bil/ful)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: