Tiongkok Murka, Sebut AS Pembuat Kebohongan

Tiongkok Murka, Sebut AS Pembuat Kebohongan

BEIJING - Tiongkok benar-benar marah. Mereka tak terima dengan tudingan AS soal Huawei yang kembali dilontarkan pada Kamis (23/5). Menurut mereka, klaim dari Presiden AS Donald Trump dan anak buahnya merupakan kebohongan tanpa bukti. ”Politisi AS sepertinya terus berusaha merajut kebohongan untuk memperdaya masyarakat mereka sendiri,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Lu Kang kepada Agence France-Presse. Komentar Lu menunjukkan kekesalan Tiongkok terhadap strategi AS untuk menjegal Huawei. Sejak Trump mengeluarkan perintah eksekutif untuk memblokir Huawei, sudah banyak pemain utama industri teknologi global yang memutus hubungan. Kamis lalu Trump dan Menlu AS Mike Pompeo pun kembali menyebut betapa berbahaya teknologi Huawei. ”Anggapan bahwa mereka (Huawei, red) tak bekerja kepada pemerintah itu salah besar,” ujar Pompeo kepada CNBC. Beberapa petinggi menganggap Huawei merupakan alasan tersembunyi mengapa AS menyatakan perang dagang dengan Tiongkok. Dalam pidatonya di Huawei University Shenzhen, Duta Besar Tiongkok untuk Inggris Liu Xiaoming mengatakan perang dagang hanyalah kedok bagi AS untuk mencoba menghambat pengembangan teknologi di negeri Asia Timur itu. ”Dari ratusan alasan, motif AS sebenarnya adalah membatasi kekuatan teknologi kita. Karena itu, mereka tak puas hanya dengan mengusir Huawei dari AS,” paparnya sebagaimana dilansir CCTV. Menurut dia, perang teknologi justru lebih penting daripada sekadar perseteruan ekonomi. Saat ini teknologi menentukan posisi negara di level global. Sedangkan Tiongkok sudah mulai menunjukkan kekuatan, baik secara pengaruh internasional, sumber daya manusia, maupun komoditas. Karena itu, tak heran bila AS akhirnya berusaha menekan Huawei di pasar internasional. ”Beberapa oknum di AS tak ingin Tiongkok berkembang. Mereka lagi-lagi menggunakan tuduhan tanpa ada bukti untuk menekan badan usaha kami,” ucap Menlu Tiongkok Wang Yi menurut South China Morning Post. Sebelumnya, Presiden Tiongkok Xi Jinping mempersiapkan mental rakyat Tiongkok. Menurut dia, Tiongkok akan menjalani Long March baru dalam waktu dekat. Long March merupakan peristiwa bersejarah pada 1934, yakni tentara komunis mundur dan berjuang selama 15 tahun untuk menang. ”Saya yakin rakyat Tiongkok siap melakukan perjalanan panjang dengan keberanian yang luar biasa. Kami tak akan menyerah terhadap intimidasi dan serangan asing,” tegas dia menurut Xinhua. Prediksi Xi terwujud. Pekan ini AS mengeluarkan kebijakan agresif secara bertubi-tubi. Legislator AS baru saja memproses proposal undang-undang baru. Undang-undang tersebut bakal memudahkan perusahaan telekomunikasi AS untuk menghilangkan Huawei dari daftar calon penyuplai teknologi. ”Kami ingin mencegah perusahaan yang berkaitan dengan musuh asing bisa menyusup jaringan telekomunikasi negara,” ujar senator Demokrat Mark Warner. Undang-undang itu saja belum cukup. Kementerian Perdagangan AS juga membuat rancangan kebijakan baru untuk menangkal salah satu senjata ekonomi Tiongkok. Regulasi itu bakal memberikan pajak lebih terhadap komoditas dari negara yang melakukan devaluasi scara sengaja. ”Negara tak akan bisa menggunakan kebijakan keuangan untuk mengalahkan bisnis dan pekerja AS,” ujar Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross. Semua itu sepertinya strategi mati-matian untuk membuat Tiongkok menandatangani perjanjian dagang yang menguntungkan AS. Trump bahkan menyebut Huawei sebagai salah satu tawanan dalam perjanjian dagang tersebut. Menurut dia, Huawei bisa saja keluar dari embargo jika perjanjian dagang AS-Tiongkok memuaskan. ”Hal itu mungkin saja dilakukan. Tapi, masih terlalu dini untuk bicara banyak,” imbuhnya. (bil/c10/sof)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: