Nelayan Waspada Angin Kumbang, BMKG: Udara akan Terasa Kering, Tinggi Ombak Bisa Mencapai 2 Meter

Nelayan Waspada Angin Kumbang, BMKG: Udara akan Terasa Kering, Tinggi Ombak  Bisa Mencapai 2 Meter

CIREBON - Angin kumbang sudah melanda Cirebon sekitar setengah bulan terakhir. Angin kencang yang datang dari dataran tinggi tersebut, membuat para nelayan harus ekstra hati-hati ketika melaut. Karena hal-hal buruk bisa saja terjadi jika para nelayan kurang waspada. Ketua Nelayan Desa Gebangmekar, Subadi kepada Radar Cirebon menuturkan, sudah setengah bulan terakhir angin kencang yang bertiup dari arah daratan cukup dirasakan para nelayan. Nelayan umumnya menyebut fenomena ini dengan sebutan angin kumbang. “Ini angin datangnya dari arah daratan, kalau mesin kita tidak prima bisa-bisa kita terbawa ke tengah laut. Nelayan pun sudah mengantisipasi ini, kalau ke hasil tangkapan tidak berpengaruh secara signifikan, ini lebih berpengaruh ke risiko keselamatan,” ujar Subadi. Beberapa hari terakhir sebut Subadi, ombak di laut terasa begitu berbeda dengan hari-hari biasa. Pasalnya, selain kondisi ombak yang cenderung lebih besar ketimbang hari-hari biasa, udara juga terasa sangat dingin. “Angin kumbang ini biasanya terjadi saat peralihan musim, dari musim hujan ke kemarau, udaranya pun kering cuma memang kecepatannya yang sangat tinggi dan intensitasnya terjadi hampir sepanjang hari,” imbuhnya. Puncaknya, menurut Subadi, biasanya terjadi pada saat memasuki bulan Juli dan Agustus. Saat itu, selain angin yang bertiup kencang, nelayan juga akan sangat sulit mendapatkan hasil tangkapan. “Kalau sekarang masih bagus. Untuk rajungan juga lagi banyak. Nanti kalau masuk Juli-Agustus biasanya masuk fase puncak, angin akan lebih kencang dan ombak semakin tinggi. Ikan dan rajungan pun biasanya akan sangat sulit didapat. Saat itu biasanya kita libur, sekarang juga ada beberapa yang libur tapi mayoritas masih melaut,” bebernya. Sementara itu, Forecaster BMKG Jatiwangi, Ahmad Faa Izyn kepada Radar Cirebon menuturkan, jika saat ini ada potensi peningkatan kecepatan angin yang melanda wilayah Cirebon, Indramayu, Kuningan dan Majalengka serta Sumedang. Hal tersebut terjadi menurut pantauan Stasiun Meteorologi Jatiwangi, karena disebabkan fenomena regional adanya perbedaan tekanan udara yang cukup signifikan di wilayah utara dan selatan ekuator. “Semakin tinggi selisih tekanan udara antara dua daerah tersebut, maka akan kecepatan gerak massa udara (angin, red) juga akan semakin tinggi. Masyarakat diimbau untuk waspada, terutama yang beraktivitas di laut atau perairan waspada adanya potensi gelombang tinggi terutama di wilayah utara Indramayu dan Cirebon,” katanya. Dari analisis data, tekanan udara dan angin, pusat tekanan tinggi di selatan saat ini sebesar 1035 hPA (Australia), sedangkan pusat tekanan udara rendah di utara sebesar 998 hPA (Siberia). Kondisi tersebut ditambah munculnya gangguan cuaca berupa pola siklonik di wilayah Aceh. “Kecepatan angin permukaan umumnya dari arah tenggara hingga selatan, dengan kecepatan maksimum mencapai 45 KM/jam. Kondisi ini berdampak pada kenaikan tinggi gelombang di sekitar perairan utara Cirebon dan Indramayu. Ketinggian gelombang maksimum 1 meter sampai 2 meter. Selain itu, terjadi penurunan kelembapan udara mencapai 50 persen, sehingga menyebabkan udara akan terasa kering,” ungkapnya. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: