Preman Bawa Pistol, Mirip Densus 88

Preman Bawa Pistol, Mirip Densus 88

JAKARTA - Ketua MPR Taufiq Kiemas mempertanyakan keberadaan petugas kepolisian hingga dengan mudahnya terjadi bentrokan di depan Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, jalan Ampera Raya, Rabu (29/9). Bentrokan ini bahkan telah memakan 3 korban tewas. “Di mana itu aparat kepolisian, koq dengan mudahnya kelompok itu bentrok hingga 3 korban meninggal,” tanya Taufiq Kiemas, di gedung DPR, Nusantara III, Senayan Jakarta, Rabu (29/9). Selain mempertanyakan keberadaan polisi, Ketua MPR juga mengungkap rasa keprihatinnya atas peristiwa bentrokan dua kelompok itu. “Padahal, di depan pengadilan itu (PN Jaksel, red) sering terjadi bentrokan atau setidaknya keributan pada sidang-sidang kasus tertentu. Jadi ada dua keprihtinan saya, pertama prihatin terhadap bentrokan dan yang kedua saya juga prihatin aparat polisi ada di mana saat itu,” tegasnya. Menurut Taufiq, seharusnya anggota Polri dari awal-awal sudah mengetahui apa-apa yang dikira akan terjadi dan siap serta sigap mengantisipasinya. Itu jelas, sejumlah orang lalu-lalang membawa senjata dan pedang di jalan raya, tetapi lolos dari perhatian kepolisian. “Koq, preman bawa pistol di tengah kota kayak Densus 88. Polisi membiarkan saja. Mestinya Polri harus bertindak cepat, amankan senjata dan orangnya lalu dilacak dari mana dapat pistolnya. Premannya dari mana. Kan mereka punya intel,” ujar Taufiq lagi. Karena kelalaian aparat kepolisian itu, Ketua MPR mendesak Polri segera mengambil tindakan cepat menertibkan kelompok preman bersenjata tersebut. Jangan sampai kasus itu meresahkan masyarakat. Apalagi Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri sebelumnya berjanji akan menertibkan preman, tapi faktanya beda. “Preman tidak boleh membawa pistol dan sekarang sudah memakan korban,” ujarnya. MERASA TAK GAGAL Mabes Polri menyebut jumlah korban yang jatuh akibat bentrokan berdarah dua kelompok  di depan Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan sebanyak tiga tewas dan lima luka-luka. Termasuk dalam korban luka-luka ini Kapolres Jakarta Selatan Kombespol Gatot Edi dan dua personil polisi lainnya. Meskipun korban tewas dan luka-luka cukup banyak Mabes Polri merasa pihaknya merasa tidak gagal dalam pengamanan sidang kasus Blowfish   yang diduga menjadi pemicu bentrokan itu. ”Pengamanan sidang sebetulnya bukan gagal kita sudah mengamankan sidangnya di luar itu masih ada ekses yang  pro dan kontra,” ujar Kabid Penerangan Umum Humas Polri Kombes (pol) Marwoto di Mabes Polri, Rabu (29/9) sore. Bahkan pihaknya mengklaim telah melakukan protap pengamanan dengan benar yakni memeriksa setiap pengunjung sidang. Namun bagi para pengunjung bersenjata di luar tidak bisa dideteksi secara menyeluruh. ”Petugas kita sudah banyak, mungkin sudah diprediksi, ada prioritas pengamanan terbuka terhadap orang yang melakukan sidang,” tambahnya. Sebagai gambaran bentrokan ini terjadi sekitar pukul 11.00 Wib. Ini diduga merupakan aksi lanjutan terkait dua kelompok yang berseteru dalam kasus Blowfish beberapa bulan lalu. saat itu dua warga tewas. Inilah yang diduga memicu dendam dua kelompok yang berseteru.(zul/fuz/fas/jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: