Guru Dituntut Melek Teknologi
INDRAMAYU - Dewan Pendidikan (Wandik) Kabupaten Indramayu, melaksanakan rapat pleno guna membahas metode pendidikan dalam menghadapi revolusi industri. Rapat pleno yang dihadiri seluruh anggota Wandik itu berlangsung di Aula Wandik, Sabtu (15/6). Ketua Wadik Suhaeli didampingi Wakil Ketua Mahfudz, memimpin rapat pleno yang dihadiri sejuah anggota Wadik. Mereka adalah Adun Sastra, Ribaldi Candra, Muhaemin, Tohidin, Wati Rosana, dan Ojo Suharja. “Kemajuan sebuah negara harus dilakukan melalui perubahan di berbagai bidang. Saat ini, Indonesia menghadapi era revolusi industri 4.0 di mana persaingan kian ketat. Maka perbaikan sumber daya manusia menjadi sebuah keniscayaan,” jelas Suhaeli dalam pemaparannya. Dijelaskannya, negara perlu mengubah tiga hal dari sisi edukasi. Ketiga hal yang paling pundamental adalah mengubah sifat dan pola pikir peserta didik saat ini. “Sejak di tingkat PAUD hingga SMP, sekolah harus mampu mengasah dan mengembangkan bakat yang dimiliki peserta didik,” ujarnya. Peran guru, lanjutnya, kini dituntut tidak hanya bertugas mentransfer ilmu atau sekedar berorasi di depan kelas tanpa memperhatikan kebutuhan peserta didik. Selanjutnya, kata Suhaeli, institusi pendidikan tinggi pun harus mampu juga mengubah model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan zaman now. Di samping itu, pemerintah perlu menyiapkan berbagai fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan lembaga pendidikan, dengan menyediakan teknologi yang mumpuni. Dengan begitu, lembaga pendidikan dapat mempersiapkan kompetensi peserta didik dalam menghadapi revolusi Industri 4.0. Kompetensi yang dibutuhkan dalam menghadapi era revolusi Industri 4.0 di antaranya adalah kemampuan memecahkan masalah (problem solving), beradaptasi (adaptability), kolaborasi (collaboration), kepemimpinan (leadership), dan kreativitas serta inovasi (creativity and innovation). Dengan demikian, kata Suhaeli, pendidikan kelak akan kembali pada prinsip kemanusiaan yang paling mendasar seperti melatih soal rasa, berpikir kreativitas, sikap kritis, kolaborasi, mengetahui benar salah dan yang paling penting adalah pembentukan karakter berbasis revolusi industri 4.0. Teknologi akan selalu dan terus berubah. “Mungkin ke depan akan ada revolusi terbaru lagi yaitu guru harus melek literasi digital,” terangnya. Hal senada diungkapkan Wakil Ketua Wandik, Mahfudz. Dikatakannya, memasuki era revolusi industri 4.0, khususnya di dunia pendidikan, pihak sekolah, guru dan siswa hidup dalam dunia digital yang serba maju. Oleh karena itu, lanjutnya, keberadaan dan peran guru menjadi amat penting agar melek pada literasi digital. “Karena mereka akan hidup di dunia digital, tentu di dalam dunia pendidikan, persoalan kita tidak hanya anak didiknya yang dikuatkan, juga gurunya. Karena guru lah yang harus menghidupkan literasi digital itu,” kata Mahfudz. Dijelasknanya, literasi digital tidak semata sekadar mata pelajaran tentang komputer. Tetapi harus semua mata pelajaran yang menggunakan teknologi 4.0 dalam keseharian anak didik. “Anak zaman now atau milenial saat ini tidak lagi membaca buku cetak. Mereka menggunakan digital seperti menghirup oksigen,” ujarnya. Terpenting, kata Mahfudz, bagi sekolah dan guru jangan salah memanfaatkan dengan pengadaan komputer semata. Yang tidak kalah penting adalah values atau nilai soft skills, empati, kolaborasi yang mendasari ke depan. “Saya kira 4.0 sebentar lagi juga akan berganti menjadi 5.0 dan seterusnya. Maka nilai-nilai itu yang harus ditanamkan pada anak zaman now, jangan sampai lulusan kita menghasilkan lulusan yang akan bertanding dengan robot,” katanya seraya menegaskan hasil pleno ini akan dibawa ke pemerintah kabupaten dan diharapkan menjadi bekal pada sistem terbaru dalam dunia pendidikan sehingga terbentuk sumber daya andal yang dimiliki anak-anak. (dun)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: