Tiga Desa Lapor Kesulitan Air Bersih, Puncak Kekeringan Diprediksi Bulan September-Oktober

Tiga Desa Lapor Kesulitan Air Bersih, Puncak Kekeringan Diprediksi Bulan September-Oktober

CIREBON- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon memprediksi, puncak kekeringan tahun 2019 di bulan September-Oktober. Pasalnya, pertengahan tahun masuk musim kemarau. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cirebon, Dadang Suhendra MSi mengatakan, memasuki musim kemarau kali ini, pihaknya sudah mendapatkan laporan dari tiga desa di Kabupaten Cirebon yang mengalami kekeringan atau kesulitan air bersih. Ketiga desa itu adalah Desa Kreyo, Kecamatan Klangenan, Desa Gebang Ilir, Kecamatan Gebang, dan Desa Karangwuni, Kecamatan Sedong. \"\" \"Data yang masuk di kami baru tiga desa. Sejauh ini kita sudah melakukan koordinasi dengan para camat untuk segera minta antisipasi,\" ujar Dadang kepada Radar Cirebon, kemarin (27/6). Untuk saat ini, kata Dadang, BPBD belum memberikan bantuan air kepada warga yang mengalami kekeringan. \"Kami nunggu laporan atau pengajuan pengiriman air dari desa. Untuk memaksimalkan air bersih, kita sudah siap berkoordinasi dan bekerja sama dengan PDAM Tirta Jati Kabupaten Cirebon,\" terangnya. Lebih lanjut Dadang menyampaikan, meski demikian, kekurangan air bersih di Kabupaten Cirebon masih bisa teratasi. \"Mungkin saat ini masih teratasi. Paling puncaknya September dan Oktober. Kalau desa sudah mengirimkan surat lagi, kita siap meluncur,\" pungkasnya. Sementara itu, Direktur PDAM Tirta Jati Kabupaten Cirebon, Suharyadi SE mengatakan, PDAM selaku operator pemerintah daerah siap mendistribusikan air ke wilayah-wilayah yang mengalami kekeringan di Kabupaten Cirebon. \"Kita akui sekarang sudah memasuki musim kemarau. Artinya, wilayah mana saja yang mengalami kekeringan ketika ada laporan yang masuk ke kita, akan segera kita tindak lanjuti dengan mendistribusikan air bersih untuk kebutuhan masyarakat yang membutuhkan,\" singkatnya. Sebelumnya, warga Desa Jagapura Kulon, Kecamatan Gegesik mengeluhkan kesulitan air yang sudah berlangsung satu bulan. Akibatnya, 500 hektar lahan pertanian terancam gagal panen jika tidak kunjung mendapat pasokan air. “Kami mohon kepada kepala UPTD PSDA agar mengutamakan dan mengedepankan tata gilir air yang memang dalam keadaan darurat. Jagapura Kulon ini luas lahan pertaniannya mencapai 500 hektar. Kalau dalam waktu satu minggu tetap tidak ada pasokan air, kami para petani terancam gagal panen,” ujar Ketua Gapoktan Kecamatan Gegesik, H Uug Kujaeni SS, kemarin. Dia menyebut, kekeringan termasuk dalam kategori bencana alam. Untuk itu, Uug mengharapkan bantuan dari pemerintah menganggarkan dana guna meringankan beban petani di Desa Jagapura Wetan. Seperti untuk menambah biaya sewa atau jasa pompa air yang besarannya telah disepakati bersama. (sam)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: