Perbaikan BKHR 4A Tuntas, Air Irigasi Akhirnya Mengalir

Perbaikan BKHR 4A Tuntas, Air Irigasi Akhirnya Mengalir

INDRAMAYU - Air irigasi Saluran Sekunder (SS) Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, akhirnya mengalir, Kamis (27/6). Kembalinya aliran air, menyusul tuntasnya perbaikan darurat bangunan BKHR 4A di Desa Wanguk, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, yang mengalami dua kali jebol. Ribuan petani penerima manfaat air irigasi yang bersumber dari Waduk Jatiluhur itu meresponnya dengan penuh suka cita. Kabar air digelontorkan, mereka mulai menyiagakan ratusan unit mesin pompa di sepanjang kiri dan kanan tanggul SS Kandanghaur. Mereka membuat kelompok bersiaga di lokasi pompa masing-masing yang berjejer di sepanjang tanggul irigasi yang melintasi wilayah Kecamatan Anjatan, Haurgeulis, Bongas, Kroya, Gabus Wetan dan Kandanghaur. Saat air tiba, petani dibantu aparat desa langsung menyedotnya untuk kemudian dialirkan kesawah-sawah yang kekeringan dan sebagiannya sudah diambang ancaman gagal panen. “Petani sudah siaga sejak pagi. Begitu air datang, mesin pompa langsung dioperasikan,” kata Pramono, petani asal Kecamatan Haurgeulis. Sepengetahuannya, ratusan unit mesin pompa itu sudah dalam kondisi siaga sejak pagi hari. Sembari menunggu air datang, sebagian mereka turut mengontrol perjalanan air sejak digelontor dari Bendung Salamdarma yang jaraknya mencapai belasan kilometer. Para petani juga ikut terjun mengangkat balok-balok kayu yang menutup pintu-pintu air disepanjang SS Kandanghaur. Upaya ini dilakukan agar aliran air bisa lebih cepat lagi bergerak sampai ke wilayah ujung. Pramono menjelaskan, ramainya penyedotan air menggunakan mesin pompa karena diperbolehkan berdasarkan hasil kesepakatan antara Pemkab Indramayu dengan Perum Jasa Tirta (PJT) II Unit Usaha Wilayah III Patrol. Menyusul telah dilaksanakannya penertiban pencurian air irigasi terutama di SS Kandanghaur. “Yang tidak boleh itu ambil air dengan membuat bobokan di tanggul. Itu sudah ada sosialisasi dari tim gabungan,” ucapnya. Sebelumya, Sekretaris Daerah Rinto Waluyo menyatakan, pompanisasi menjadi solusi terbaik agar tidak terjadi konflik di lapangan. Meski bobokan ditutup, petani diberikan kesempatan untuk menggunakan pompanisasi yang diatur waktu maupun volume air yang diambil. Sehingga, tidak menganggu upaya penyelamatan tanaman padi dari ancaman gagal panen. “Kita lakukan pendekatan sebaik-baiknya supaya persoalan ini bisa diatasi. Jadi upaya kita selain melakukan penertiban juga ada edukasi. Membuat petani sadar, tenggangrasa, jangan ada yang ingin menang sendiri saja tapi juga harus mempertimbangkan kepentingan masyarakat petani lainnya yang sama-sama membutuhkan air,” terang Rinto. (kho)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: