Kesulitan Pasokan Air, 60 Hektare Sawah di Majalengka Terancam Gagal Panen

Kesulitan Pasokan Air, 60 Hektare Sawah di Majalengka Terancam Gagal Panen

MAJALENGKA - Kemarau berkepanjangan di musim tanam ke dua (MT2) tahun ini, membuat sebagian petani di wilayah Majalengka utara khususnya Kecamatan Ligung mulai ketar ketir. Pasalnya tanaman padi yang sudah berumur dua bulanan ini mulai dilanda kekeringan, sehingga membuat tanaman padi layu. Berbagai upaya dilakukan oleh para petani untuk mengairi sawahnya, mulai dari mencari sumber air, baik melalui pompanisasi dari sungai maupun dengan cara membuat sumur pantek. Hasilnya ada yang tertolong, namun ada juga areal persawahan tidak mendapatkan sumber air. Akhirnya para petani hanya bisa pasrah menghadapi ancaman gagal panen. \"Kami sudah berusaha membuat sumur pantek. Namun ternyata dari beberapa titik dilakukan pengeboran hasilnya nihil,\" ujar Komar, petani Desa Majasari Kecamatan Ligung, Kamis (27/6). Dikatakan Komar, areal persawahan miliknya, selama ini mengandalkan sumber air dari Sungai Cikamangi. Namun sekarang keadaan sungai tersebut kering kerontang. Sehingga para petani terpaksa melakukan pengeboran atau membuat pompa pantek. Dari beberapa titik dilakukan pengeboran hasilnya nihil atau tidak menemukan sumber air. \"Kalau sampai minggu ini tidak ada hujan maka bisa dipastikan area di Blok Ranca Dawa ini 100 persen gagal panen. Mengingat sudah tidak ada lagi sumber air untuk mengairi persawahan,\" tuturnya. Kepala Desa Majasari Tono Suntana, membenarkan atas ancaman gagal panen yang akan melanda areal persawahan di desanya. Hal ini dikarenakan kekeringan di Desa Majasari Kecamatan Ligung sudah mulai tampak. Jadwal giliran air dari Bendungan Kamun sudah mulai berkurang, bahkan usaha pompanisasi yang sumber airnya dari Sungai Cikeuruh kurang optimal seiring dengan keringnya sungai tersebut. \"Jalan satu-satunya kita hanya bisa berharap agar minggu-minggu ini ada hujan turun. MT ke dua tahun ini adalah masa paling sulit bagi para petani. Di mana sumber air mulai mengering dan sulit didapat, mulai dari giliran air dari saluran IrigasiKkamun, embung milik desa sampai ke Sungai Cikeuruh semuanya mulai mengering, sehingga petani mulai kerepotan untuk mengairi sawahnya,\" beber Tono. Dikatakannya, untuk mengantisipasi kekeringan, para kepala desa se-Kecamatan Ligung belum lama ini melakukan rapat koordinasi dengan pihak terkait. Hasil dari rapat tersebut, para kuwu meminta kepada pemangku kebijakan agar keberadaan Bendungan Jatigede bisa dirasakan oleh petani yang ada di Kabupaten Majalengka. Melalui cara membuat sodetan dari Bendungan Jatigede ke Sungai Cilutung Timur. Sehingga air di sana bisa naik melalui saluran Irigasi Kamun. Selama ini keberadaan bendungan tersebut belum sepenuhnya bisa dirasakan oleh petani di Kabupaten Majalengka. Kebanyakan manfaat bendungan itu dirasakan oleh petani kabupaten tetangga, seperti Cirebon maupun petani Indramayu. Pihaknya juga mendesak dari hasil rakor tersebut adalah pengamanan jadwal giliran air dari Kendungan Kamun. Tono juga meminta semua pihak menghormati dan jangan mengganggu giliran air milik desa yang lain. Oleh karenanya perlu adanya kerja sama yang sinkron antara pemerintah dengan aparat keamanan. \"Bayangkan waktu jadwal giliran air untuk Desa Majasari di sepanjang irigasi terpasang ratusan pompa air. Sehingga air giliran untuk Desa Majasari tidak sampai ke tujuan karena habis di sedot sepanjang jalan,\" tegasnya. Yang terakhir Tono meminta kepada Dinas PPSDA Kabupaten Majalengka, untuk segera memperbaiki kerusakan saluran sekunder. Jika permohonan tersebut dapat dipenuhi, diyakini ke depan kekeringan bisa dapat diatasi. Untuk areal pertanian di Desa Majasari yang terancam gagal panen berada di Blok Pasir Panjang, Ranca Dawa, Arum, dan Blok Tiang Anjung. Luasnya sekitar 60 hektare (ha). (ono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: