Dua Bom Bunuh Diri Guncang Tunisia

Dua Bom Bunuh Diri Guncang Tunisia

TUNIS - Dua serangan bom bunuh diri mengguncang ibu kota Tunisia, Tunis, Kamis (27/6) waktu setempat. Dua serangan ini, sedikitnya menewaskan satu orang dan melukai delapan lainnya. Pelaku bom bunuh diri yang menargetkan patroli polisi di Jalan Charles de Gaulle, tidak jauh dari Kedutaan Besar Perancis. Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Tunisia Sofiene Zaag mengatakan, serangan pertama terjadi pukul 10.50 waktu setempat di jalanan, menewaskan seorang polisi dan melukai empat orang lainnya. Tiga dari korban luka merupakan warga sipil. \"Satu dari dua polisi yang luka dalam serangan bom bunuh diri (pertama) pagi ini meninggal,\" kata Zaag, Kamis (2/6). Sementara itu, serangan kedua menargetkan markas pasukan garda nasional yang juga berada di ibu kota. \"Pada pukul 11.00 pagi seseorang meledakkan diri di pintu belakang. Empat personel keamanan mengalami luka,\" ujar Zaag. Unit perlindungan sipil dan polisi dikerahkan dengan cepat di Habib Bourguiba Avenue di mana kantor kementerian dalam negeri berlokasi. Warga maupun pengunjung yang berada di sekitar lokasi kejadian berhamburan menyelamatkan diri dalam keadaan panik seraya mengecam pemerintah, dengan toko dan kantor ditutup polisi. Tunisia, tempat lahir pergerakan Arab Spring, berkali-kali diguncang oleh kelompok ekstremis sejak upaya penggulingan diktator Zine El Abidine Ben Ali pada 2011. Pada 29 Oktober 2018, seorang pengangguran meledakkan diri dekat mobil polisi di Habib Bourguiba, membunuh dirinya sendiri dan melukai 26 polisi. Otoritas Tunisia mengatakan, sebelum meledakkan diri, pelaku perempuan itu sudah menyatakan kesetiaan terhadap Negara Islam Irak dan Suriah ( ISIS). Serangan bom bunuh diri pada Kamis ini terjadi sekitar 3,5 tahun sejak serangan mematikan terjadi pada Maret 2015 di Museum Nasional Bardo dan membunuh 21 turis. Kemudian pada Juni 2015, 38 wisatawan yang tengah berlibur tewas dalam serangan menggunakan pistol dan granat di resor pantai dekat Sousse, dengan 30 di antaranya warga Inggris. (der/afp/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: