Di Desa Gintung Kidul, Pemdes Turun Tangan Kawal Tata Gilir Air

Di Desa Gintung Kidul, Pemdes Turun Tangan Kawal Tata Gilir Air

CIREBON-Kekeringan di Kabupaten Cirebon berimbas pada alih tanam. Pasalnya, tak sedikit garapan padi di beberapa desa gagal tanam. Kondisi itu terjadi di Desa Wanakaya, Kecamatan Gunungjati. Kadisa (65), petani Desa Wanakaya mengaku, akibat kekurangan pasokan air, puluhan petani di Desa Wanakaya beralih cocok tanam, dari padi ke tanaman hortikultura. \"Setelah air tak lagi mengalir di irigasi, sebagian petani tidak kehabisan akal untuk menggarap lahan pertaniannya. Garapannya, mulai dari tanaman mentimun hingga semangka,\" ujar Kadisa kepada Radar Cirebon, Jumat (28/6). Menurutnya, kondisi ini terpaksa dilakukan petani, lantaran sudah dua bulan ke belakang mengalami kesulitan pasokan air. Bahkan, tak sedikit tanaman padi yang ditelantarkan akibat kurang pasokan air. Dia menjelaskan, banyak petani yang langsung mengganti tanaman padi di area persawahannya dengan tanaman hortikultura. Pasalnya, kondisi tanaman padi di area Desa Wanakaya sudah dipastikan tak dapat tumbuh dan gagal panen, lantaran tidak mendapatkan pasokan air. \"Kami sih berharap, pemerintah dapat memberikan solusi tepat untuk mengatasi kekeringan di Desa Wanakaya. Agar para petani dapat optimal dalam mengelola tanaman padi pada musim tanam kedua,\" ungkapnya. Sementara itu, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Gunungjati Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Mulyo Hartono mengatakan, dari sekitar 108 hektar sawah, hanya 45 hektar yang sudah tertanam padi. Sisanya, petani belum mengambil tindakan untuk melakukan pengolahan. \"Kebanyakan saat musim kemarau, petani berganti garapan dari padi menjadi tanaman hortikultura,\" singkatnya. PEMDES BERGERAK Kekeringan pun terjadi di Desa Gintung Kidul, Kecamatan Ciwaringin. Guna menyelamatkan 220 hektar lahan pertanian milik warga, kuwu setempat turun langsung mengawal tata gilir air. Kuwu Gintung Kidul, Kadmina kepada Radar Cirebon mengakui, area pertanian Gintung Kidul saat ini kekurangan air, terutama Blok Bengkok dan Blok Roro. \"Umur tanaman padi sudah 60 hari. Pada umur tersebut, tanaman padi sedang mengandung. Jadi, sangat disayangkan kalau sampai mati karena tidak ada air,\" kata Kadmina saat mengawal tata gilir di pintu air irigasi, Jumat (28/6). Kadmina merasa, tata gilir yang sudah ada kurang efektif karena sedikitnya debit air. Sehingga ketika air datang, tidak sampai menjangkau area persawahan di desanya. “Itu karena saat ini semua wilayah sedang membutuhkan air. Saat air datang, kalau tidak kita kawal, tidak akan sampai. Karena saat mengalir ke sini, di depan sudah disedot dulu oleh para petani yang sama-sama membutuhkan,\" tukasnya. Petani, lanjutnya, masih dapat mengusahakan pasokan air dengan berbagai cara. Seperti mengambil dari sungai alam, Sungai Ciwaringin, atau menggunakan pompa pantek. Namun semuanya membutuhkan biaya. \"Sebenarnya pemdes sudah menyiapkan dengan anggaran yang ada, agar bisa melakukan pompanisasi. Dan saat ini, akan menyewa diesel ukuran besar untuk mengambil air dari Sungai Ciwaringin agar para petani bisa mendapatkan air,\" katanya. Dia berharap, Pemerintah Kabupaten Cirebon dan dinas terkait segera tanggap menyikapi permasalahan yang dirasakan warganya. (sam/ade)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: