Macan Kumbang Siap Dilepas di Ciremai

Macan Kumbang Siap Dilepas di Ciremai

KUNINGAN - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat memastikan pelepasliaran macan tutul Jawa (Panthera Pardus Melas) yang tertangkap di Kabupaten Subang pada awal Juni lalu akan dilaksanakan 9 Juli mendatang di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Hal tersebut diungkapkan Kepala Bidang KSDA Jawa Barat Wilayah II Soreang Pupung Purnawan usai kegiatan sosialisasi pelepasliaran macan tutul Jawa di TNGC di Hotel Grage Sangkan, Rabu (3/7). Pelepasliaran macan tutul hitam yang biasa disebut macan kumbang tersebut akan dilaksanakan di wilayah Utara Gunung Ciremai tepatnya di Site Leuweung Saeutik, Blok Gunung Dulang, tak jauh dari kawasan wisata Bukit Seribu Bintang (BSB), Desa/Kecamatan Pasawahan. \"Macan tutul Jawa yang tertangkap di Subang saat ini sedang dalam penanganan di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga, Sukabumi, Alhamdulillah kondisinya sangat baik dan siap dilepasliarkan. Rencananya kami akan melakukan penjemputan pada tanggal 8 Juli pagi ke Cikananga, kemudian baru diberangkatkan malam hari sekitar pukul 20.00 WIB menuju Pasawahan yang diperkirakan tiba Subuh. Direncanakan kami bisa melakukan rilis (pelepasliaran) pada 9 Juli pagi pukul 8.00 WIB,\" ungkap Pupung kepada Radar Cirebon. Dikatakan Pupung, macan kumbang yang tertangkap di Kabupaten Subang tersebut berjenis kelamin jantan yang masih berusia muda sekitar 5 tahun. Kondisi macan kumbang tersebut, kata dia, berdasarkan informasi terbaru dari Pusat Penyelamatan Satwa Cikanangan saat ini sangat sehat dan masih liar. \"Diduga macan kumbang tersebut turun dari Gunung Tangkuban Parahu ke pemukiman warga karena kalah bersaing dengan seniornya. Kini macan tersebut sudah mendapat penanganan tim di Cikananga dan kondisinya sangat sehat sudah bisa memangsa babi hutan, ayam yang diberikan petugas dan sudah jalan-jalan normal sehingga sangat siap untuk dilepasliarkan,\" ungkap Pupung. Terkait adanya kekhawatiran masyarakat sekitar kawasan Gunung Ciremai dan pendaki dari kemungkinan serangan macan kumbang tersebut, Pupung meyakinkan, hal tersebut tidak akan terjadi. Pasalnya, lanjut Pupung, macan tutul Jawa sebenarnya mempunyai sifat pemalu dan akan menghindar saat melihat manusia. \"Sampai saat ini belum ada laporan kasus manusia dimangsa macan tutul. Seperti dialami pembicara dari Profauna pernah berhadapan langsung dengan macan tutul hanya berjarak 5 meter, namun tidak diserang. Yang penting saat berhadapan dengan macan tutul jangan panik dan melakukan gerakan mendadak yang membuat macan tersebut merasa terancam. Insya Allah jika kita niatnya baik, mereka pun tidak akan menyerang,\" ujar Pupung. Selain itu, kata Pupung, BKSDA pun akan membentuk tim yang akan memantau pergerakan macan kumbang tersebut pasca pelepasliaran nanti. \"Macan tersebut akan dipasang kalung GPS Polar yang akan memancarkan sinyal sehingga tim bisa mengetahui keberadaannya di mana. Jadi akan terpantau posisi macan berada, dan jika posisinya dianggap membahayakan warga maka akan ada tim melakukan tindakan antisipasi,\" ujarnya. Ditambahkan Kepala Balai Taman Nasional Gunung Ciremai Kuswandono, terpilihnya kawasan Gunung Ciremai sebagai lokasi pelepasliaran macan tutul Jawa tersebut telah melalui proses kajian yang sangat matang. Salah satu pertimbangannya keberadaan Gunung Ciremai merupakan habitat macan tutul Jawa dengan populasi yang terbilang masih memungkinkan untuk ditambah. \"Dari hasil kajian tim kami, ternyata kawasan Blok Gunung Dulang pada tahun 2012 pernah terpantau ada satu ekor macan kumbang jantan. Di kawasan tersebut juga terdapat banyak satwa mangsa seperti babi hutan, kijang, burung dan surili untuk makanan macan tersebut,\" ungkap Kuswandono. Sementara itu, acara sosialisasi pelepasliaran macan tutul Jawa di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai dihadiri oleh pemerintah desa sekitar lokasi pelepasliaran, Muspika Pasawahan dan Mandirancan, pengelola lokasi wisata alam, pegiat konservasi dan tokoh masyarakat. Sebagai pembicara yang hadir terdiri dari Dekan Fakultas Kehutanan Uniku Toto Supartono, pegiat konservasi Didik Raharyono dari Peduli Karnivor Jawa, Singgih dari Profauna dan Erwin Wilianto dari Sintas Indonesia. Dalam sesi diskusi, sempat terlontar pertanyaan dan kekhawatiran peserta terutama dari aparat desa dan pengelola wisata yang berada di sekitar lokasi pelepasliaran macan kumbang dari kemungkinan adanya konflik dengan masyarakat. Namun setelah mendapat penjelasan dari para narasumber, akhirnya semuanya pun setuju pelepasliaran tetap dilaksanakan sesuai rencana di Blok Gunung Dulang. Ada beberapa catatan, yaitu proses pelepasliaran dilengkapi peralatan pendukung seperti senjata bius, obat bius, kandang angkut dan personel yang memadai. Monitoring pascarilis dilakukan secara intensif minimal satu bulan sekali. Pendampingan/penyadartahuan kepada warga desa di sekitar lokasi pelepasliaran. Dibentuk tim reaksi cepat untuk mengatasi konflik satwa macan tutul dengan masyarakat. Serta sosialisasi SOP penanganan konflik macan tutul dengan masyarakat. (fik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: