TPS Ditutup, Warga Komplek Bima Kebingungan, Dijaga Petugas, Tolak Sampah dari Wilayah Tetangga

TPS Ditutup, Warga Komplek Bima Kebingungan, Dijaga Petugas, Tolak Sampah dari Wilayah Tetangga

CIREBON-Tempat Penampungan Sampah (TPS) Stadion Bima ditutup Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Namun sampai Jumat (5/7) aktivitas bongkar muat masih terus berlangsung. Bedanya, penampungan sampah langsung dilakukan di kontainer yang telah disediakan. Warga tidak lagi diperkenankan membuang sampah ke dalam bak penampungan. Selain itu, warga dari luar Kota Cirebon, kini tidak boleh lagi membuang sampah di lokasi tersebut. Hal tersebut membuat warga RW 05 dan 06 Komplek Perumahan Stadion Bima kebingungan. Aktivitas membuang sampah warga otomatis terganggu. Bahkan ketua RW setempat harus mengumpulkan warga untuk membahas langkah apa yang akan ditempuh ke depannya. Beberapa opsi sempat mucul. Seperti membuat TPS baru di Desa Kalikoa, Kecamatan Kedawung, menyediakan kontainer sampah hingga terpaksa membuang ke TPS terdekat di Desa Tuk. “Sudah dua kali rapat dengan warga masalah sampah. Tapi belum ada titik terang, mau di mana TPS sementara buat dua RW ini,” ujar Agus, Ketua RW 06, kepada Radar Cirebon. Sebelumnya dua RW tersebut diizinkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cirebon untuk membuang sampah ke TPS Bima. Sebab saat itu, warga RW 05 dan 06 masih membayar iuran Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Tirta Giri Nata. Namun seiring berjalanya waktu, warga lain dari wilayah kabupaten juga ikut membuang sampahnya ke TPS Bima. Termasuk beberapa komplek perumahan di Kecamatan Kedawung. Akibatnya, TPS Bima sering mengalami overload. Bahkan tidak jarang sampahnya sampai berserakan ke tengah jalan. Sementara dari pihak DLH Kabupaten Cirebon juga disebutnya belum menemukan tempat yang sebagai pengganti TPS Bima yang ditutup. “Sekarang saya sama ketua RW 05 juga warga lainya bingung. Kita mau buang sampahnya ke mana?” lanjutnya. Saat masih membuang sampah ke TPS Bima, warga menyanggupi dengan adanya retribusi sebesar Rp400 ribu per RW kepada pihak yang disebutnya berada di lapangan. Tetapi, ia tak mengetahui apakah uang ini masuk ek DLH atau hanya dimanfaatkan orang tertentu. “Kalau masalah itu pasti ada. Dari DLH Kota nggak minta. Tapi yang di lapangan ada lah. Buat rokok atau apalah gitu. Kita juga nggak keberatan,” ujarnya. Terkait masalah sampah, Agus mengaku sempat mengadu ke Wakil Walikota Cirebon Dra Hj Eti Herawati. Pasalnya sampai sekarang sampah yang menyumbat di selokan warga komplek perumahan Bima ini belum juga diatasi. Sampah yang tampak menumpuk di saluran air itu, menurut Agus, merupakan imbas dari adanya aktivitas PKL. Terlebih saat hari Minggu, di mana di area Stadion Bima tersebut dipenuhi oleh pedagang pasar dadakan, sampah hanya ditumpuk dan dibakar di selokan. “Saya dan warga lainya ingin dan merindukan Stadion Bima yang dulu. Bersih dan tertib. Tidak macet kalau hari Minggu,” tukasnya. Seperti diketahui, TPS Stadion Bima sepekan terakhir sudah ditutup. Menyusul pemagaran yang dilakukan pihak Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ). Lantaran bangunan eks TPS berada di lahan kampus. Hingga kemarin, beberapa petugas sampah disiapkan untuk membantu proses bongkar muat sampah. Saat ada gerobak sampah yang datang, oleh mereka sampah tersebut akan langsung di masukan ke dalam kontainer. Upaya itu mesti dilakukan untuk mencegah sampah terbang berserakan. Selain itu, armada sampah juga disiagakan untuk mengantisipasi risiko overload seperti yang terjadi sebelumnya. Petugas TPS Bima Hariana mengatakan, sering terjadinya overload di TPSS Bima karena sebelumnya yang membuang sampah bukan hanya berasal dari beberapa RW yang berada di sekitarnya. Warga dari wilayah sekitar Stadion Bima yang secara administrasi masuk wilayah Kabupaten Cirebon juga ikut membuang sampahnya ke TPS Bima. “Kalau sekarang khusus untuk warga sekitar saja. Kalau dari kabupaten akan kita tolak,” ungkapnya. (awr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: