Dicarter Ziarah saat Cheng Beng, Nelayan Kejawanan Sehari Dapat Rp9 Juta

Dicarter Ziarah saat Cheng Beng, Nelayan Kejawanan Sehari Dapat Rp9 Juta

CIREBON-Belakangan kondisi angin tak menentu. Nelayan lokal tak bisa berbuat banyak. Ketimbang dapur tak ngebul, mereka melirik alternatif sebagai ojek perahu untuk wisata. Hasilnya ternyata lumayan. Pantai Kejawanan menjadi destinasi pariwisata alternatif untuk masyarakat lokal. Tarifnya murah meriah. Tiket masuk kawasan Rp500, ditambah Rp3 ribu untuk parkir kendaraan roda dua. Belakangan, berwisata dengan berkeliling menggunakan perahu cukup diminati pengunjung. Hanya Rp5 ribu saja, sudah bisa berkeliling perairan Cirebon. Para pemilik perahu biasanya langsung menawarkan jasanya, begitu ada pengunjung mendekati pemecah ombak. Wawan (45), juga cukup cekatan mencari penumpang. Ia menunggu perahunya terisi 10-15 orang, sebelum melaju. Sehari-hari, Wawan adalah nelayan. Sejak tahun 2012 ia merambah menjadi perahu wisata, sekadar mencari nafkah. “Kalau belum musim panen udang atau ikan, ya nyewain perahu,” katanya. Usaha ini, sekadar menambal kebutuhan sehari-sehari. Meski diakui, terkadang hasil melaut kalah dengan menjadi ojek perahu. Dengan tarif satu penumpang Rp5 ribu, sekali jalan dengan rata-rata 8 penumpang ia bisa mendapat Rp40 ribu. Itu di hari biasa. Di akhir pekan lain lagi. Sekali jalan, perahunya bisa membawa 10-15 orang untuk berkeliling. \"Kalau Minggu, sekali jalan dapatlah Rp50 ribu,” tuturnya. Saat saya ikut mencoba, tak sampai 15 menit perahu miliknya sudah penuh. Perbincangan pun dilanjutkan sembari berkeliling perairan Cirebon. Sayang, perahu berukuran tak sampai 20 gross ton (GT) itu, tak bisa melaut jauh. Air laut relatif masih kecokelatan. Meski begitu, penumpang sepertinya sudah cukup terhibur. Wawan menyebutkan, dari empat perahu yang ada di Pantai Kejawanan, dalam sehari di akhir pekan bisa menghasilkan Rp9 juta. Itu belum dikurangi biaya solar dan lainnya. Kemudian sisanya dibagi awak kapal. Selain menjadi ojek perahu, di momen tertentu para nelayan juga kerap mendapat penyewa khusus. Misalnya saat Cheng Beng dan Natal, banyak pengunjung yang mayoritas Tionghoa menyewa kapal. Mereka biasanya berziarah kepada keluarga yang telah tiada di tengah laut. Sekali jalan, paling sedikit sudah dapat Rp200 ribu. \"Kalau borongan gini enak. Sekali jalan sekeluarga yang nyewanya,\" papar. Salah seorang penumpang perahu, Mimin (40) mengaku sudah biasa naik perahu di Pantai Kejawanan. warga Kesunean ini, termasuk pelanggan setia. Bersama dengan anak dan cucunya, ia kerap tamasya kecil-kecilan. \"Main-main kesini sama anak sama cucu. Sudah sering sebetulnya, tapi ya nggak pernah bosen, anak sama cucu juga suka,\" ungkapnya. Sayangnya, ojek perahu ini belu didukung dengan fasilitas keselamatan penumpang. Seadanya saja. Yang penting jalan. Tak ada pelampung. Juga perlengkapan lainnya. Untuk memastikan aman tidaknya perjalanan, para penarik perahu biasanya memilih mengikuti  arah angin atau ombak. Saat dirasa gelombang tinggi, perahu hanya berputar-putar di sekitar Pantai Kejawanan. \"Ini ombaknya lagi besar, jadi nggak saya ajak ke tengah. Nanti bisa pada ketakutan,\" tutur Wawan. (myg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: