Begini Cara Food Reviewer Beraksi Sebelum Makan

Begini Cara Food Reviewer Beraksi Sebelum Makan

CIREBON-Ungkapan maknyus begitu melegenda. Meski yang mempopulerkannya telah tiada. Apa yang dilakukan Bondan Winarno di layar kaca, barangkali menjadi acuan bagaimana seorang food reviewer bekerja. Sebelum makan, foto dulu. Tak sembarang jeprat-jepret. Sudut terbaik dari sebuah menu begitu diperhatikan. Bagaimana tampilan sebuah makanan menjadi sangat menarik. Enak dilihat. Setelah ritual itu tuntas, tugas berikutnya mencicipi lantas membuat ulasan di media sosial. Di sinilah kekuatan seorang food blogger. Mereka punya pengikut, yang menjadi sasaran promosi dari sebuah sajian. Azil Azuzan misalnya. Akun Instagram miliknya bisa dikatakan sudah jadi acuan untuk para penggemar kuliner untuk mencari referensi baru. Pemilik @kulinercirebon tersebut kini kerap diundang pemilik kafe, restoran bahkan hotel untuk mencicipi menu baru kemudian mempromosikannya. Ia tak menampik, akunnya berkembang seiring dengan terus bermunculannya restoran baru di Kota Cirebon.  “Awalnya memang suka foto makanan. Mulai dari 2012 tapi diseriusi tahun 2014,” katanya saat berincang dengan Radar Cirebon. Mulanya, Azis tak intens membuat konten kuliner di Instagram. Barulah di tahun 2014 ia cukup serius mengisi konten akun @kulinercirebon. Keseriusan ini juga diikuti dengan usahanya untuk belajar fotografi. Meski saat memotret ia tak memiliki pakem tersendiri. Foto-fotonya sangat khas dibuat senatural mungkin tanpa editan. \"Foto saya ambil senatural mungkin, dengan angel andalan 90 derajat. Kalau  motretnya malam sata naikkan sedikit cahayanya,\" paparnya. Foto makanan yang natural tanpa banyak editan akan membuat makanan terlihat lebih nyata. Hingga kini ia sudah mengunggah kurang lebih 7.900-an foto makanan. \"Sekarang sudah jadi kebiasaan, sebelum makan, foto dulu. Sambil terus belajar moto,\" ungkapnya. Lain dengan Azil, Irfan Qursyan menjadikan media sosial probadinya sebagai wahana untuk menyalurkan kecintaannya pada kuliner. Akun Instagram @irfanqursyan banyak berisi foto-foto makanan yang akan disantapnya. Kebiasaan itu  membuat galeri handphonenya penuh dengan beragam foto makanan. Karena ingin terus mengabadikan foto-foto tersebut, akhirnya ia melampiaskannya di media sosial. Irfan juga mulai mengirimkan foto makanan sejak 2014. Tak disangka respons pengikutnya cukup baik dengan banyaknya komentar dan direct massage tentang ulasan makanan. \"Nggak sedikit yang request buat aku review makanan dari satu tempat ke tempat lain,\" terangnya. Dalam setiap jepretannya, ia selalu ingin membuat makanan tersebut terlihat menarik dan seolah-olah makanan yang difoto dapat dirasakan kelezatannya. \"Untuk memposting aku selalu melalui proses editing untuk menyesuaikan warna agar lebih cerah dan enak dilihat,\" ungkapnya. Zaldy Muhammad pemilik akun instagram @tukangjajanid justru punya misi tersendiri dengan akun instagramnya. Hobi jajan di street food dan makanan legend semasa kuliah membuatnya ingin berbagi informasi seputar jajanan pinggir jalan yang legend di Cirebon. Apalagi Zaldy yang pada saat itu kuliah di ibukota selalu menyempatkan menjajal makanan pinggir jalan setiap pulang ke Cirebon. \"Kalau bikin Instagram Story, banyak yang nanya dimana. Yaudah mending saya buat akun khusus buat sharing tempat dan info jajananya,\" terangnya. Sejak Oktober 2016 ia sudah mulai aktif memposting aneka street food yang dikunjunginya terutama di Cirebon. Menurutnya street food memiliki cerita tersendiri dan dirindukan banyak orang. Meski tak memiliki dasar fotografi, ia selalu konsisten dengan pengambilan angel makanan dengan detail. Tentu memotret street food memiliki tantangan tersediri, misalnya kendala di penyajian makanan. \"Penyajiannya biasanya seadanya, nah inilah tantangannya gimana caranya biar terlihat menarik,\" jelasnya. “Susah-susah gampang,” tuturnya. Najmul Hidayat pemilik akun @amungku juga berpendapat demikian. Menurutnya, untuk memotret makanan, harus terlebih dahulu mengenali kriteria makanan tersebut. Karena tak semua jenis makanan bisa difoto dengan angel yang sama. \"Beda makanan beda perlakuan juga,\" tuturnya. Dalam fotografi ada yang dinamakan angel pengambilan gambar, seperti low angel, eye angel, high angel, hingga bird eye. Jenis makanan juga menentukan angel apa yang cocok untuk pengambilan gambar ini. Namun, Najmul sendiri lebih suka menggunakan high angel. \"Saya lebih suka close up ke makanannya, kendalanya harus bisa secepat mungkin ambil gambar, contohnya saat memfoto es,\" jelasnya. Menjadi food review di Cirebon memang belum menjadi profesi. Karena kebanyakan menjalani bidang ini lantaran hobi. Peribahasa menyebutnya; sambil menyelam minum air. Kendati demikian, kehadiran mereka sudah cukup diperhitungkan. (apr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: