Tak Mau Punah, Sawiyah Perajin Wayang Asal Gegesik Berharap Regenerasi

Tak Mau Punah, Sawiyah Perajin Wayang Asal Gegesik Berharap Regenerasi

Maret lalu, usianya genap 70 tahun. Namun Sawiyah, belum mempunyai penerus kerajinan wayang yang telah digelutinya sejak usia sekolah dasar. Kakek asal Desa Gegesik Kulon, Kecamatan Gegesik itu, mengharapkan adanya regenerasi. SETIAP hari, Sawiyah tidak lepas dari seni yang banyak ditemukan di pulau Jawa itu. Mulai dari mengolah bahan baku, hingga bentuk utuh wayang kulit, digarapnya sendiri. Usia senja bukan menjadi halangan. Fisiknya pun masih sehat. Macam-macam bentuk dan jenis wayang, pernah ia buat. Tidak banyak harapan yang diinginkan kakek dengan tiga orang anak itu. Ia hanya ingin pemerintah daerah memperhatikan regenerasi perajin wayang kulit. Bahkan, ia juga siap menularkan ilmunya, jika memang pemerintah daerah sanggup memfasilitasi. “Silakan yang mau belajar datang ke sini. Saya terbuka, semampunya ilmu akan saya tularkan. Karena pembuat wayang kulit di Cirebon hanya ada dua orang. Pertama saya dengan pak Ato yang tinggal di Kecamatan Dukupuntang. Saya mengharapkan pemerintah daerah memperhatikan perajin wayang. Karena kalau saya sudah tidak ada, siapa lagi yang akan meneruskan?” ujar Sawiyah di kediamannya, Blok 2 desa setempat. Ketiga anak Sawiyah, telah mempunyai kehidupannya masing-masing. Alasan itu juga, ia tidak yakin anak-anaknya akan meneruskan apa yang telah dijalaninya. Bisa dibilang, Sawiyah belajar membuat wayang kulit secara otodidak. Semua berawal dari kecintaan dan kegemarannya menonton wayang. “Pertama, berawal dari suka dan senang dengan kesenian wayang. Bukan turunan dari orang tua. Waktu kecil sekitar tahun 1965 sering nonton pertunjukan wayang. Akhirnya, dari situ coba-coba membuat wayang sendiri dan sampai sekarang,” ungkapnya. Kendala yang dialami saat ini, adalah sulitnya mendapatkan bahan baku kulit kerbau yang biasa digunakan untuk membuat wayang. Karenanya, Sawiyah terpaksa menggunakan kulit sapi, meski kualitas tidak sebagus kulit kerbau yang biasa ia pakai. Secara teknis, kulit terlebih dahulu diolah dan dibersihkan. Kemudian diberi pewarna atau yang biasa disebut sunggingan. Setelah semua beres, barulah Sawiyah membuat gagang wayang dari tanduk kerbau. Waktu untuk membuat satu wayang bervariasi. Tergantung tingkat kerumitan dan besar atau kecilnya wayang tersebut. Jika diperkirakan, tenggat waktu antara 15 hingga satu bulan lamanya. Bukan tidak ada perajin lain selain dirinya. Namun Sawiyah mengatakan, perajin lain akan berbeda hasilnya jika dibandingkan dirinya. Menurutnya, membuat wayang harus penuh ketelitian dan kesabaran, disertai kecintaan terhadap seni dan budaya wayang itu sendiri. Wayang jenis Pandawa Lima hasil karya Sawiyah, telah dipamerkan di museum wayang yang ada di Jakarta. Kakek sembilan cucu itu juga menyebut, sering mendapatkan tamu dari luar wilayah Cirebon. Baik mahasiswa yang sedang menjalani KKN, hingga mereka yang datang untuk memesan atau mempelajari sejarah wayang. (*)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: