Petani Alih Tanam Hindari Gagal Panen

Petani Alih Tanam Hindari Gagal Panen

CIREBON-Petani di Desa Kalitengah, Kecamatan Tengahtani, terpaksa melakukan alih tanam. Dari tanaman padi, menjadi tanaman kacang panjang. Hal itu dilakukan untuk meminimalisasi risiko kerugian akibat gagal panen. Tanaman yang biasa dikonsumsi untuk sayur dan lalapan ini, terlihat berada di tengah area sawah milik warga dan melilit di tiang-tiang penyangga. Salah seorang petani asal desa setempat, Warlan (69) mengatakan, tanaman kacang panjang memiliki masa panen yang lebih singkat dibandingkan padi, yakni 40 hingga 45 hari. \"Setiap hari ada yang bisa dipanen. Tapi kondisinya tidak terlalu bagus, agak keriting karena kurang air. Namun masih bisa dimakan,\" katanya, kemarin (30/7). Warlan mengaku, menanam kacang panjang sudah lebih dari lima tahun lamanya. Awal masa tanam, biasa ia lakukan di akhir musim penghujan. Ketika panen, Warlan mengumpulkan hingga 10 kilogram setiap harinya untuk kemudian ia jual di pasar terdekat. Kembali dikatakan Warlan, Desa Kalitengah mempunyai 50 hektar lahan sawah yang telah memasuki usia tanam. Tidak sedikit tanaman padi yang semula berwarna hijau, kini mulai menguning. Akibat musim kemarau yang telah berlangsung selama lebih dari dua bulan terakhir ini, menyebabkan tanah di puluhan hektar lahan tersebut mengalami keretakan karena jarang tergenang air. “Untuk kebutuhan pasokan air ke lahan pertanian milik warga, para petani memanfaatkan air limbah dari hasil pembuangan rumah tangga yang dibuang ke saluran drainase. Air yang berasal dari saluran drainase, terlebih dahulu harus disedot menggunakan pompa air dan tidak semua petani punya,” imbuhnya. Mengatasi keterbatasan pompa, lanjut Warlan, ia meski meminjam atau menyewa kepada petani lain. \"Kalau mau pinjam, harus gantian dengan petani lain juga. Itu juga harus patungan beli solarnya,\" katanya. Sebelumnya, Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon meminta para petani untuk menghentikan menanam padi. Imbauan itu, untuk meminimalisasi jumlah sawah yang mengalami gagal panen atau fuso. Karena sudah ada 1.725 hektar sawah yang mengalami kekeringan, dan di antaranya 231,5 hektar sawah gagal panen. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Dr H Ali Effendi MM kepada Radar Cirebon mengungkapkan, persawahan yang mengalami gagal panen merupakan lahan yang tidak memiliki sumber air atau aliran air. Karena hanya mengandalkan air saat musim hujan. “Kebanyakan itu sawah tadah hujan atau tidak memiliki sumber air,” ujarnya. Mayoritas area persawahan yang mengalami kekeringan dan gagal panen ada di Wilayah Timur Cirebon. Kecamatan yang paling banyak mengalami gagal panen adalah Kecamatan Greged sebanyak 85 hektar, dan Kecamatan Karangwareng sekitar 65 hektar. Adapun mayoritas tanaman yang mengalami gagal panen adalah tanaman padi. “Semuanya yang mengalami gagal panen itu adalah tanaman padi. Karena tanaman padi itu memerlukan air yang cukup banyak. Sehingga, tidak cocok bila ditanam saat musim kemarau,” ungkapnya. Pihaknya meminta agar para petani berhenti menanam padi selama musim kemarau, untuk menekan angka gagal panen di Kabupaten Cirebon. Sebagai gantinya, Ali menyarankan menanam palawija. (ade)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: