Sambut Kemerdekaan, Pedagang Bendera Keliling Sekolah dan Door to Door ke Warga

Sambut Kemerdekaan, Pedagang Bendera Keliling Sekolah dan Door to Door ke Warga

Memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, pedagang bendera merah putih, sangat mudah ditemukan. Seperti pedagang bendera keliling, Nuryadi (45). Pria asal Desa Tangkil, Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon ini, satu bulan terakhir, \'eksis\' menjajakan barang dagangannya. SUDAH tiga tahun, Nuryadi menggeluti usaha tersebut. Sehari-hari, ia adalah seorang petani. Usaha bendera bisa dibilang hanya musiman. Karena hanya satu kali, dalam satu tahun. Nuryadi mendapatkan bahan atau kain untuk membuat bendera, dari pasar sandang Desa Tegalgubug. Sesekali, ia juga membeli bahan di salah satu pasar di Kota Cirebon. Nuryadi nekat membuka usahanya secara mandiri. Setelah tahun-tahun sebelumnya, bergantung pada \'bos\' yang mempekerjakannya. Namun, ia masih membutuhkan jasa orang lain. Seperti untuk menyatukan bahan atau kain merah dan putih yang telah dibeli. Nuryadi meski membawanya ke tukang jahit andalannya. Masih di dekat rumah Nuryadi. \"Midernya (keliling untuk berjualan, red) sekitar sini saja. Ngga jauh-jauh. Karena udah tradisi saat menjelang hari kemerdekaan, banyak pedagang-pedagang lain. Kita bagi-bagi rezeki dan saling mengerti saja. Mulai berangkat bekerja, pagi-pagi. Pulangnya ya sore, saat mau mendekati maghrib,\" kata Nurhadi kepada Radar Cirebon, kemarin. \'Mangsa\' atau target konsumennya, berbagai macam lapisan masyarakat. Saat pagi hari, Nurhadi terlebih dulu menjajakan dagangannya di sekolah-sekolah. Dengan harapan, pihak sekolah membutuhkan dan membeli, untuk keperluan peringatan momentum kemerdekaan 17 Agustus beberapa waktu akan datang. \"Macam-macam model bendera. Dari yang paling kecil seperti klebet, sampai ukuran paling besar 1,8 meter. Harganya variatif. Kalau klebet biasanya anak-anak sekolah yang membeli. Klebet harganya Rp5.000,\" paparnya. Bendera klebet merupakan yang termurah. Sementara untuk yang paling besar, dijual seharga Rp250.000. Selain bendera, Nuryadi juga menjual bambu corak merah putih. Panjangnya 3,5 meter. Sehari-hari, Nuryadi berjualan perlengakapan \'Agustusan\', menggunakan motor Jupiter MX miliknya. Di Desa Tangkil, tidak sedikit yang menekuni usaha jualan bendera. Namun beberapa di antara mereka, lebih memilih merantau atau berjualan di Jakarta, menjelang 17 Agustus setiap tahunnya. Karena mereka menganggap, lebih banyak dibutuhkan dan akan lebih laris, berjualan di Jakarta. Sementara salah seorang penjahit bendera, masih asal Desa tersebut, Rosidi (48) mengaku, pesanan menjahit bahan berwarna merah putih itu, mengalami kenaikan sejak tiga bulan sebelum 17 Agustus. Dalam satu hari, Rosidi mampu memenuhi pesanan untuk menjahit bendera, sebanyak 10 kodi. Rosidi tidak bekerja sendiri. Ia dibantu sang Istri. Mereka berdua, menekuni usaha menjahit sudah lebih dari 10 tahun lamanya. \"Nama bahan atau kain untuk bendera, kain peles. Ukuran macam-macam tergantung permintaan. Kalau lagi musim seperti ini, menjelang 17 Agustus, sehari produksi bisa sampai 10 kodi,\" ungkapnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: