Pemberian Gerobak Asongan Dianggap Bukan Solusi

Pemberian Gerobak Asongan Dianggap Bukan Solusi

KEJAKSAN- Permasalahan antara pedagang asongan dan PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) masih belum menemui titik terang. Pengamat sosial, Editya Nurdiana SE mengatakan, bila permasalahan ini terus berlarut akan memiliki dampak sosial, seperti pengangguran, kemiskinan hingga menimbulkan aksi-aksi kejahatan dan kriminalitas. Untuk itu, ia mendesak agar PT KAI dan pemkot segera mencari solusi terbaik. Editya tidak mempersoalkan upaya PT KAI yang menginginkan stasiun bebas dari asongan, sebab hal ini ada dalam UU 23/2007 tentang perkeratapian. Akan tetapi ia berpendapat solusi yang ditawarkan PT KAI dengan memberikan gerobak bukan hal yang tepat. Sebab, pada dasarnya mereka sudah bertahun-tahun mencari penghidupan di sana. \"Tidak mudah bagi mereka membangun usaha baru di luar sana, yang belum tentu bisa memeberikan kehidupan yang lebih layak,\" ujarnya, kepada Radar, kemarin. Ketidakpastian inilah yang membuat asongan tidak menerima begitu saja solusi ini. Hal yang mungkin, menurut Editya adalah PT KAI dan pemkot memberikan mereka sebuah kios di stasiun untuk mereka berjualan. Solusi ini dinilai menguntungkan kedua belah pihak. Pedagang bisa berjualan dan di samping itu, penertiban kios ini juga akan menjadi daya tarik penumpang dan meningkatkan pariwisata. \"Daripada diberikan gerobak yang tidak tahu harus diapakan, yang kalau pun digunakan untuk berjualan mungkin akan menjadi masalah baru dengan bertambahnya pedagang kaki lima. In malah berpotensi menambah kesemrawutan kota. Lebih baik PT KAI dan pemkot menertibkan dan menata asongan dengan membuat kios-kios di sekitar stasiun,\" usulnya. Editya menjelaskan, permasalahan asongan maupun pedagang kaki lima ini sebenarnya tidak hanya dialami oleh Kota Cirebon, tapi juga kota dan bahkan negara lain. \"Di negara-negara lain masalah seperti ini sama, dan mereka berhasil menatanya. Kenapa kita tak bisa? \"tanya dia. Masalah utamanya, kata dia, apakah mau melakukan penataan dan penertiban dengan melibatkan pedagang asongan, atau menerapkan solusi sepihak. Kalau solusi sepihak dan merasa benar sendiri yang diambil, persoalan tak akan selesai dan terus berlarut-larut. Manager Humas PT KAI Daerah Operasional III Cirebon, Sapto Hartoyo mengatakan, terkait pelarangan asongan berjualan di dalam area stasiun, sudah tak bisa ditawar lagi. Menurutnya, PT KAI, DPRD dan wali kota sudah memberikan solusi untuk kelangsungan hidup para pedagang. Seperti memberikan sarana usaha grobak, membuka lowongan kerja di stasiun, termasuk memberikan modal usaha dari pemerintah kota. Namun, solusi itu seperti sia-sia, karena tidak direspons oleh sebagain besar para pedagang asongan. Sapto pun geram dan sudah kehabisan akal. \"Sikap kita tetap sama tak bisa membiarkan mereka berdagang di stasiun,\" tandasnya. Sapto mengatakan, selama 100 tahun operasional PT KAI, telah mengalami banyak transformasi. Dari mulai PNKA, PJKA, Perumka hingga sekarang menjadi PT KAI. Perubahan itu menjadikan PT KAI sekarang lebih mengutamakan pelayanan dan kenyamanan para penumpang. Hal ini, terlihat dengan penataan stasiun yang lebih baik. \"Kalau dahulu stasiun kereta api itu kumuh, sekarang kita bisa pastikan stasiun kereta itu bersih,\" ucapnya. (jml)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: