Drainase Kota Cirebon Perlu Peremajaan

Drainase Kota Cirebon Perlu Peremajaan

CIREBON – Banjir di sejumlah ruas jalan dan permukiman di Kota Cirebon ditengarai disebabkan buruknya sistem drainase. Pasalnya saat terjadi lonjakan volume air hujan, empat sistem sungai primer tidak mengalami luapan.

Kepala Seksi Pengelolaan Drainase Perkotaan Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (DPUPR), Hendrayatno mengaku, masih melakukan inspeksi terhadap saluran-saluran drainase di sepanjang Jl Cipto Mangunkusumo.

Dari hasil inspeksi itu, diharapkan bisa diketahui penyebab terjadinya genangan. Juga penanganan pada drainase yang tidak berfungsi optimal “(Anggaran) untuk pemeliharaanya terbatas, kita inspeksi saja dulu, dibersihkan pakai cara yang tadi (penyemprotan menggunakan air bertekanan tinggi),” kata Hendrayatno, kepada Radar Cirebon, Jumat (6/3).

Drainase Kota Cirebon memang rentan. Bila hujan dengan intensitas tinggi turun sepanjang dua jam atau lebih, hampir dipastikan beberapa lokasi langganan banjir bakal tergenang. Penyebabnya adalah sistem drainase berusia 114 tahun yang belum ditata ulang menyeluruh. Sementara sistem Sungai Sukalila juga terus menurun, padahal saluran ini menampung 50 persen beban drainase.

Dengan kondisi ini, tidak heran bila Kota Cirebon dikepung banjir lokal berulang. Lantaran pada saat bersamaan, empat sistem drainase primer justru tidak meluap. Dan tinggi muka air pada kondisi normal.

Untuk tahun ini saja, Kawasan Pancuran Utara sudah dua kali kebanjiran. Kawasan langganan banjir lainnya ialah, Gang Teng-teng di Jl Pancuran, dan Kampung Sukasari, Kelurahan Sukapura.

Warga setempat, Juru Budiarjo mengatakan, banjir di Sukapura disebabkan Sungai Cigujeg yang sering meluap saat hujan turun dengan intensitas tinggi. Paling parah di wilayahnya ialah Gang 8, 9, dan Gang 10. Kondisi ini diperburuk dengan drainase yang mengalami pendangkalan.

Penjabat Sekretaris Daerah Kota Cirebon H Anwar Sanusi SPd MSi sepakat agar keberadaan saluran drainase perkotaan yang usianya sudah uzur pada berbagai titik di Kota Cirebon, untuk dapat diremajakan. Akan tetapi perlu skala prioritas, sebab di beberapa titik penanganan genangan tersebut dapat diatasi lewat metode tertentu.

Anwar mengatakan, pemkot punya pengalaman dalam penanganan banjir atau genangan air di Jl Ciremai Raya Perumnas yang tadinya langganan banjir genangan, tepatnya di depan RS Putra Bahagia dan sekitarnya.

“Kita lihat di beberapa ruas yang tadinya langganan banjir, sekarang tingkat penyerapanya sudah cukup tinggi dan air bisa cepat surut,” katanya.

Sekda menyebutkan, pemantauanya selama ini ketika diremajakan pemeliharaanya dan sistem pembuanganya ditambah dengan pompa air yang disiagakan untuk membuang genangan air langsung ke sungai terdekat.

“Memang banyak saluran air dibangun dari zaman Belanda, ini harus direnovasi. Tapi, harapanya sih jangan ada banjir lagi. Pemeliharaan diintesifkan. Banjir karena faktor alamnya memang berubah, cuaca ekstrem,” ungkapnya.

Pemerintah Kota (Pemkot) Cirebon juga akan menggalakkan upaya non teknis dalam mencegah terjadinya banjir atau genangan air. Diantaranya mencoba mengubah perilaku  orang tidak boleh buang sampah sembarangan. “Saya perhatikan pengguna lalu lintas dan pejalan kaki masih suka buang sampah dari mobil sembarangan,” ungkapnya.

Untuk merubah perilaku ini pada jalan-jalan tertentu yang saat ini sudah terdapat Satgas Linmas dari Satpol PP, diharapkan mereka juga pro aktif dalam memberikan warning awal kepada pengguna jalan maupun pejalan kaki agar tidak membuang sampah sembarangan. (azs)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: