Tahun Depan, Pengembangan Kawasan Pecinan dan Kampung Arab

Tahun Depan, Pengembangan Kawasan Pecinan dan Kampung Arab

CIREBON - Pemerintah Kota Cirebon telah merencanakan revitalisasi Kawasan Pecinan dan Kampung Arab menjadi salah satu destinasi wisata. Revitalisasi dan pengembangan kawasan wisata merupakan program prioritas pemerintah dalam mewujudkan Cirebon sebagai Kota Kreatif berbasis budaya dan sejarah.

Kepala Bidang Pariwisata DKOKP Wandi Sofyan mengatakan,  dua kawasan tersebut, yakni Kampung Arab Panjunan dan Kampung Pecinan yang berada di wilayah Lemahwungkuk masuk dalam roadmap pengembangan pariwisata di Kota Cirebon.

Kawasan Kampung Arab yang dimulai dari Jalan Pekarungan hingga Jalan Panjunan yang dihuni oleh komunitas Arab, serta Jalan Pasuketan, Jalan Lemahwungkuk dan Kanoman yang dihuni oleh komunitas Tionghoa dianggap memiliki potensi dalam pengembangann pariwisata Kota Cirebon ke depannya.

“Saat ini rencana pengembangan Kawasan Pecinan dan Kampung Arab, sudah kita lelangkan Feasibiliy Study (FS) dan DED (Detile Engenering Design) nya bersama dengan Kampung Batik Kriyan,” bebernya.

Setelah laporan hasil kajian FS dan DED selesai, maka proses selanjutkan adalah evaluasi. Termasuk membicarakan bagaimana konsep dan mempertimbangkan masukan dari berbagai pihak. Baru setelah itu, akan dilakukan pembangunan fisiknya.

“Kemungkinan tahun depan akan dimulai pembangunan fisiknya,” sebutnya.

Wandi melanjutkan, Kawasan Pecinan dan Kampung  Arab memiliki potensi wisata yang bisa dikembangkan. Dalam kawasan Kampung Arab, misalnya, terdapat bangunan Masjid Merah yang ikonik.  Selain itu, terdapat juga kultur budaya yang masih kental dari keturunan Arab yang mendiami kawasan tersebut, khususnya saat hari hari besar dan bulan Ramadan.

Tak kalah, Kawasan Pecinan, yang berdiri di sekitar Jalan Pasuketan, Jl Winaon dan Jalan Lemahwungkuk dan sekitarnya, juga terdapat banyak bangunan yang kental dengan budaya Tionghoa. Kelenteng Dewi Welas Asih, Kelenteng Talang, dan Kelenteng Winaon menjadi beberapa contoh d iantaranya. Pun juga dengan event budaya yang telah rutin digelar yakni Festival Cap Go Meh yang menyedot atensi ribuan masyarakat. Termasuk para wisatawan dari berbagai daerah.

“Selain penyiapan fisik destinasi, ada juga pembangunan non fisik. yaitu pemberdayaan masyarakatnya juga harus dibangun. Jangan sampai fisik sudah jadi, tapi tidak ada aktivitas pariwisata. Harus ada keberlangsungan agar destinasi wisata ini memberikan kontribusi kepada masyarakat dan juga daerah,” pungkasnya. (awr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: