Laut, Jalur Favorit Sindikat Narkoba

Laut, Jalur Favorit Sindikat Narkoba

JAKARTA-Penyelundupan narkotika melalui jalur laut sangat dominan belakangan ini. Dalam dua bulan terakhir, aparat gabungan sukses menggagalkan 121 penyelendupan. Yang teranyar, penyelendupan 29,5 kilogram sabu oleh aparat gabungan Bea Cukai, Badan Narkotika Nasional (BNN) serta Polri, Sabtu (7/3) lalu.

Jalur laut menjadi favorit untuk memasukan barang haram di negara maritim, Indonesia. Penyelundupan ini umumnya terjadi di wilayah timur dan barat Indonesia. Di wilayah perairan Dumai, Riau, aparat gabungan menggagalkan penyelundupan 29,5 kilogram sabu.

Direktur Jenderal (Dirjen) Bea Cukai Heru Pambudi mengungkapkan, sebanyak dua tersangka diringkus pihaknya atas penyelundupan barang haram tersebut. Mereka ditangkap usai menjemput sabu di pelabuhan Wilmar, Dumai, Sabtu (7/3) lalu.

“Dari tangkapan itu kami dapat 16 paket sabu. Satu paketnya itu 1 kilogram. Ini relatif sama dengan sindikat sebelumnya dengan kemasan teh asal Tiongkok. Ditambah sabu 8 kilogram,” terangnya saat ungkap kasus di halaman Kantor Ditjen Bea Cukai Jakarta Timur, Rabu (11/3).

Tangkapan itu kemudian dikembangkan Direktorat Tindak Pidana Narkoba Polri. Hasilnya, 2.300 butir ekstasi diperoleh. “Dikembangkan dan dapat dua (tersangka) lagi,\" imbuh Heru.

Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Brigjen Krisno Halomoan Siregar menyebutkan, penyelundupan ini dikendalikan seorang narapidana di Lembaga Pemasyarakat (Lapas) Cipinang, Jakarta Timur. Napi itu, disebut ingin mendistribusikan sabu dan pil ekstasi di Jakarta. “Napi juga kasus narkoba, saya sudah bersurat ke Cipinang untuk pemeriksaan,” ungkapnya.

Hasil aparat gabungan itu diapresiasi Deputi Pendindakan dan Pemberantasan BNN Irjen Arman Depari. Ia menyebut, sinergitas antarinsntansi perlu diperkuat dalam menjaga pintu masuk Indonesia dari narkoba. Sebabnya, belakangan banyak muncul modus operandi baru dalam penyelundupan narkoba. “Selamat dan apresiasi untuk seluruh petugas. Modus operandi semakin canggih, kami pun sulit mendeteksi dan mengindentifikasi. Perlu sinergi kuat. Sindikat ini sangat kuat, punya keuangan dan kekuatan. Harus kita hadapi dengan networking para penegak hukum yang luas dan kuat. Kalau tidak, kita selalu ketinggalan,” tegasnya.

Selain menggagalkan penyelundupan sabu dan ekstasi. Aparat juga menggagalkan penyelundupan pakaian bekas dan ban ilegal. Sejumlah barang itu diselundupkan melalui Pelabuhan Merak dengan depalan tronton. Menurut Heru, pakaian sebanyak 4.500 potong ini rencananya akan dikirim ke Bandung. Dalam menjalankan aksinya, para pelaku menyematkan label harga pada pakaian tersebut untuk mengelabui masyarakat. “Isinya 874 bal, setiap bal kalau baju 500 potong, kalau pakaian dalam atau pakaian kecil 1.000 potong. Totalnya bisa 450 ribu potong. Ini akan mengganggu ekonomi nasional, terutama produsen garmen. Nilai Rp2,6 miliar,” tukasnya. (irf/gw/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: