Presiden: Tenaga Medis Diberi Insentif Bulanan

Presiden: Tenaga Medis Diberi Insentif Bulanan

SUDAH 7 dokter meninggal setelah menangani pasien-pasien Covid-19. Enam dokter di antaranya positif Covid-19, dan satu dokter lainnya meninggal karena serangan jantung. Belum lagi tenaga medis yang diperkirakan mencapai 25 orang yang juga dikabarkan ikut terpapar Covid-19.

Atas kondisi itu, kemarin Presiden Jokowi menyampaikan ucapan duka cita. “Mereka telah berdedikasi, berjuang sekuat tenaga dalam menangani virus corona. Atas nama pemerintah, negara, dan rakyat, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kerja keras beliau-beliau dalam rangka penanganan Covid-19,” tutur Presiden Jokowi usai mengecek Wisma Atlet, Kemayoran,  DKI Jakarta, Senin (23/3).

Pada kesempatan itu, Presiden juga menyampaikan bahwa pemerintah akan memberikan insentif bulanan kepada tenaga medis seperti dokter, bidan, dan perawat. “Pada kesempatan yang baik ini juga, kemarin kita telah rapat dan telah diputuskan, telah dihitung oleh Menteri Keuangan, bahwa akan diberikan insentif bulanan kepada tenaga medis,” jelas Presiden.

Rinciannya, menurut Presiden, dokter spesialis akan diberikan Rp15 juta, dokter umum dan dokter gigi akan diberikan Rp10 juta, bidan dan perawat akan diberikan Rp7,5 juta, dan tenaga medis lainnya akan diberikan Rp5 juta. “Kemudian juga akan diberikan santunan kematian sebesar Rp300 juta dan ini hanya berlaku untuk daerah yang telah menyatakan tanggap darurat,” tandas Presiden Jokowi.

IDI TERKENDALA VALIDASI DATA

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Daeng M Faqih mengungkapkan ada tujuh dokter yang bertugas menangani wabah Covid-19 di Indonesia meninggal dunia. Enam orang dokter disebut meninggal dunia akibat terjangkit virus corona. Adapun satu dokter lainnya meninggal dunia akibat serangan jantung setelah mempersiapkan fasilitas kesehatan demi menghadapi Covid-19.

“Ada tujuh dokter yang meninggal. Enam karena positif corona dan satu dokter meninggal karena serangan jantung. Ini bukan data resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah melainkan inisiatif kami,” kata dr Daeng ketika dikonfirmasi Fajar Indonesia Network (FIN) Senin (23/3).

Enam dokter yang meninggal akibat terjangkit Covid-19 yakni dr Hadio Ali SpS, tercatat sebagai anggota IDI Jakarta Selatan meninggal di Rumah Sakit Persahabatan, dr Djoko Judodjoko SpB dari Bogor meninggal RSPAD Gatot Subroto, dr Laurentius P SpKj.Lalu,dr Adi Mirsa Putra Sp THT dari Bekasi meninggal di RS Persahabatan. Kemudian dr Ucok Martin SpP meninggal di rumah sakit Adam Malik Medan dan Prof Bambang Sutrisna dikabarkan meninggal Senin (23/3) di RS Persahabatan. Adapun dr Toni D Silitonga bukan meninggal akibat terpapar Covid-19.

drToni Silitonga yang menjabat sebagai Kepala Seksi Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Bandung Barat itu meninggal akibat kelelahan serta serangan jantung setelah mempersiapkan fasilitas kesehatan agar sigap dari ancaman dan edukasi masyarakat agar terhindar dari Covid-19.

“Info yang saya terima dr Lorentius RS Grogol meninggal di RS Mitra Keluarga, lupa tidak didiagnosis Covid-19 tetapi kami curiga Covid-19. Kemudian anak dan istrinya melakukan tes dan positif Covid-19. Informasi kawan-kawan di bawah kami mencurigai beliau terinveksi Covid-19,” beber dr Daeng.

Sekretaris Jendral PB IDI dr Adib mengaku tidak memiliki data dokter dan perawat yang meninggal setelah menangani pasien Covid-19. Data tersebut seharusnya didapatkan dan dilaporkan pada Juru Bicara Pemerintah yang menangani Covid-19 berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium swab (cairan) tenggorokan.

“Kita terus terang tidak mendapatkan data. Data itu harusnya didapat pada saat dilaporkan oleh Jubir Covid-19 Pak Yurianto untuk yang terkonfirmasi positif dari hasil pemeriksaan swab tenggorokan,” jelas Adib saat dihubungi kemarin.

Bagi IDI, kata Adib, data terkait dokter yang meninggal karena Covid-19 sangat penting agar ke depan untuk membuat pola penanganannya. “Bagi kami itu penting supaya kita punya pola untuk kemudian lihat apakah ini yang positif. Apakah memang karena ada riwayat kontak atau ada riwayat perjalanan, atau fasilitas kesehatan tempat mereka bekerja tidak ada, atau kekurangan alat pelindung diri (APD), atau ada faktor penyakit penyerta yang memperberat kondisi dia sehingga akhirnya teman-teman kami meninggal,” paparnya.

Diakui Adib, IDI kesulitan dalam validasi data terkait penyebab dokter-dokter positif Covid-19 akhirnya meninggal. “Itu bisa kita dapatkan dari pemerintah terkait dengan data-data teman sejawat kami yang meninggal,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: