Krisis Wibawa Ancam RI
JAKARTA - Tidak mudah mencari jawaban atas problem yang melanda bangsa Indonesia. Namun, hampir semua tokoh nasional yang hadir dalam dialog kebangsaan bertema Mengurai Problematika Bangsa di Kantor PP Muhammadiyah kemarin (8/10) sepakat bahwa di negeri ini ada persoalan kepemimpinan. Tokoh-tokoh yang hadir dalam acara tersebut, antara lain, mantan Wapres Jusuf Kalla (JK) dan Try Sutrisno, Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD, Ketua MPR Taufik Kiemas, dan Ketua DPR Marzuki Alie. Hadir pula, Wiranto, Sutiyoso, Ahmad Mubarok, Rizal Ramli, Sofyan Wanandi, dan beberapa tokoh lain. “Sekarang bibit-bibit hukum rimba sudah mulai timbul,” kata JK saat mendapat kesempatan berbicara. Dia lantas mencontohkan peristiwa penyerangan terhadap kelompok Ahmadiyah atau kasus Tanjung Priok yang mengakibatkan tewasnya aparat satpol pamong praja (PP). JK menawarkan solusi permasalahan tersebut dengan meningkatkan kewibawaan pemerintah agar kepercayaan masyarakat bisa muncul. Jangan sampai kepercayaan itu hilang sehingga situasi makin rumit. “Memang tidak mudah, tapi bagaimanapun, rakyat itu percaya kepada pemerintahnya, bukan kepada angka-angkanya, tapi kepada apa yang dilakukan pemerintah,” tandasnya. Menurut JK, Indonesia harus belajar dari Thailand. Persoalan politik dan keamanan yang mendera Negeri Gajah Putih tersebut sebenarnya dilatarbelakangi hilangnya kepercayaan rakyat kepada pemimpinnya. “Apa pun yang dilakukan pemerintah jadi selalu salah. Indonesia semoga tidak sampai ke sana meski tanda-tandanya sudah mulai ada,” imbuhnya. Senada dengan JK, Rizal Ramli memandang bahwa kepemimpinan menjadi persoalan utama Indonesia belakangan ini. Hak bekerja, hak berbineka tunggal ika, ataupun hak memperoleh kebutuhan dasar tidak diberikan lagi oleh negara. Kegagalan negara itu makin tampak ketika cara penyelesaian yang transaksional makin membudaya dalam berbagai sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. “Pertanyaannya sekarang, apakah kekuasaan saat ini mau kita ambil dengan baik-baik atau ada cara lain,” kata mantan menteri perekonomian itu, disambut tepuk tangan tokoh-tokoh lain. Sementara itu, Marzuki Alie memiliki pandangan berbeda. Menurut dia, persoalan utama bangsa ini justru tidak adanya rasa syukur. Terutama terhadap kemajuan demokrasi yang telah dicapai bangsa ini sejak reformasi bergulir. “Persoalan-persoalan bangsa terus muncul karena tidak adanya rasa syukur. Kalau tidak kita syukuri, akan makin rusak negeri ini,” ujar wakil ketua Dewan Pembina Partai Demokrat tersebut. Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin sebagai tuan rumah menyatakan, pertemuan itu memang tidak akan berusaha membuat rekomendasi atau semacamnya. “Apa pun solusinya, kami serahkan kepada tokoh-tokoh itu,” ujar Din. Namun yang pasti, kata dia, acara tersebut memang dilandasi keprihatinan pihaknya terhadap kondisi Indonesia yang dirundung berbagai persoalan. Bukan hanya bidang ekonomi, sosial, dan budaya, tapi juga lingkungan hidup. “Bencana datang silih berganti, tapi sayang, tidak ada pemecahan signifikan dari pemimpin negeri ini,” tandasnya. (dyn/c3/agm)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: