WFH Berdampak pada Pedagang Pigura Sukalila, Tak Ada Pesanan, Sebagian Memilih Tutup

WFH Berdampak pada Pedagang Pigura Sukalila, Tak Ada Pesanan, Sebagian Memilih Tutup

Pedagang pigura di Jl Sukalila ikut terkena imbas akibat pandemi covid-19. Sepi pembeli nyaris setiap hari dirasakan. Bahkan, beberapa penjual lebih memilih tutup.

ADE GUSTIANA, Kejaksan

LEBIH sering zonk dibanding ada pembeli,” ujar Dayat, salah seorang pedagang pigura di kawasan Sukalila Selatan kepada Radar Cirebon.

Sepinya pembeli dirasakan sejak Maret lalu. Atau ketika awal pandemi covid-19. Semenjak itu Dayat merasakan betul bahwa omzet penjualan turun drastis. Lebih sering tidak menjumpai pembeli. Menutup biaya hidup sehari-hari, nyambi pekerjaan pun harus dilakoni pria asli Kabupaten Pemalang tersebut.

Yakni dengan membuka jasa sol sepatu dan menarik becak. Meski penghasilan setali tiga uang dengan berjualan pigura, sama-sama sepi, setidaknya Dayat merasa telah berusaha. “Apapun kerjanya, yang penting bisa makan. Kemarin juga sempat ikut masang spanduk imbauan terkait corona,” imbuhnya.

Luar biasanya lagi, Dayat tidak mengharap bantuan pemerintah. Kenapa? Bagi dia, hidup tanpa bantuan pemerintah sudah sejak lama dirasakan. “Makannya nggak ngarep bantuan, karena setiap tahun juga nggak pernah dapet,” katanya lagi.

Mayoritas konsumennya adalah orang kantoran dan instansi pendidikan. Karena semua diliburkan, tidak heran pemesanan ikut jarang. Apa yang membuat bertahan?

Walau sepi pembeli, operasional sehari-hari harus tetap dicukupi. Selain kebutuhan pokok, ada beban lain yang harus dibayarkan. Yaitu, listrik dan iuran kampung. “Listrik sebulan Rp60 ribu. Iuran kampung sekitar Rp10-20 ribu. Jadi sebulan biaya yang harus dikeluarkan antara Rp70-80 ribu,” terangnya.

Sama seperti harapan pada umumnya, Dayat berdoa agar pandemi cepat berlalu. Kemudian, bisnis pigura di Sukalila dapat kembali bergairah. “Corona aja sudah sepi, ditambah PSBB,” tukasnya.

Tidak hanya pedagang kecil, pemerintah ikut kesulitan melindungi usaha menengah kecil mikro (UMKM). Ribuan pelaku usaha babak belur, imbas dari perlambatan ekonomi karena pandemi corona virus disease (Covid-19).

Kepala Bidang Koperasi dan UKM, Saefudin Jupri mengatakan, untuk saat ini fokus pemerintah agar UMKM tidak berjualan dulu. Beberapa UMKM memang masih bisa menjalankan usahanya dari rumah. Namun sebagian besar harus tutup sementara, setidaknya sampai wabah ini berakhir.

Di sisi lain, pengusaha kuliner, Akir Saputra mengakui penurunan pengunjung yang signifikan. Apalagi untuk yang menyasar segmen pelajar dan mahasiswa. Mengingat diberlakukannya belajar dan perkuliahan online. “Pembelinya hilang,” ucap dia. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: