Eka Eki

Eka Eki

Rupanya ia kerasan di kota yang baru ini. Ia memberi tahu teman-temannya: di Minneapolis sudah seperti di rumah sendiri.

Minneapolis kota besar sekali. Lebih besar lagi karena tidak menjaga jarak dengan kota besar lainnya: St Paul --yang lebih indah.

Nasib Floyd sial banget malam itu. Belum terlalu malam. Baru pukul 20.00 lebih sedikit. Ia memarkir mobil tidak jauh dari sebuah toko di pojok jalan.

Itulah toko yang populer di kompleks tersebut --sebagai jujukan untuk membeli rokok mentol.

Penjaga toko itu menelepon 911. Ia melaporkan: baru saja ada pembeli rokok mentol dengan uang palsu. Yakni uang lembaran 20 dolar --sesuai dengan harga rokok mentol di sana: sekitar Rp 300.000.

\"Apakah orangnya kulit hitam, kulit berwarna, Latin atau Asia?\" tanya petugas 911.

\"Ya…begitu,\" jawab petugas toko.

\"Ya begitu bagaimana?\" tanya petugas lagi. Sambil mengulangi pertanyaan detil warna kulit tadi.

\"Iya. Afro American,\" jawab penjaga toko.

Beberapa saat kemudian datanglah pembeli yang lain. Juga membeli rokok mentol. Penjaga toko menceritakan apa yang baru terjadi. \"Lihat ini uang palsunya. Nyata-nyata palsu,\" katanya.

\"Tintanya masih mbleber-mleber,\" tambahnya.

Saya sendiri tidak tahu apa ya bahasa Inggrisnya mbleber-mleber. Tapi itulah tafsir saya atas cerita penjaga toko kepada media di sana.

Ketika polisi merespons pengaduan ke 911 itu ditemukanlah mobil berhenti tidak jauh dari toko. Isinya dua orang kulit hitam. Salah satunya Floyd.

Polisi minta Floyd pindah ke mobil polisi. Menolak. Lalu diborgol. Dibawa ke arah mobil polisi. Floyd tidak membawa apa-apa --apalagi senjata.

Tidak jelas apa yang kemudian terjadi. Floyd ditelikung. Dijatuhkan ke tanah. Ditengkurapkan. Wajahnya menghadap ke bumi. Chauvin menekan leher Floyd dengan lututnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: