Jangan Main-Main dengan Covid-19

Jangan Main-Main dengan Covid-19

Tapi beruntung. Kang Emil yang jauh mendahului. Memulai dengan memesan Kit PCR agar bisa mengantisipasi pandemi ini lebih tangkas. Alat tes yang menjadi barang dibeli pertama itu, menjadi modal kemandirian Jawa Barat dalam memeriksa kasus covid dengan akurat dan cepat. Dibutuhkan dalam menangani virus yang menyebar bak kilat ini. Dengan begitu, dapat memotong mata rantai persebarannya.

Kang Emil tidak berhenti pada alat tes covid. Kajian ahli ekonomi juga menunjukkan serangan pandemi ini selanjutnya tertuju pada sendi-sendi ekonomi. Situasi terburuk mungkin terjadi. Ekonomi akan lumpuh. Kang Emil sekali lagi membuat keputusan tepat. Dia mendengarkan pendapat ekonom, lalu melobi DPRD. Meminta izin menyiapkan bantuan sosial bagi banyak warga terdampak secara ekonomi. Akibat dari ekses perang menekan penyebaran pandemi covid.

Social distancing misalnya. Membuat roda ekonomi macet. Roda ekonomi sulit berputar itu imbasnya mencemaskan. Warga miskin akan makin miskin. Agak kaya akan jatuh miskin. Si kaya terpaksa hidup dari tabungan. Itu semua terbukti kemudian. Keputusan merilis bantuan sosial pun nyata efektif menekan dampak ekonomi di sektor ini.

Belakangan, saat Presiden Jokowi mengumumkan kita semua harus siap hidup dengan pandemi, lalu memperkenalkan istilah New Normal. Pengumuman itu membuat sebagian orang cemas. Hingga yang suka dengan teori konspirasi menuduhnya memainkan strategi Herd Imunity.

New Normal tidak bisa gegabah dijalankan. Dia harus dirilis bertahap. Dijalankan di daerah yang memang relatif lebih aman dan memungkinkan, karena sebaran covid sudah lebih terkendali. Jika gegabah, pandemi ini akan menyerang balik dengan efek jauh lebih mematikan.

Saat semua terkesan gagap menerjemahkan perintah Presiden itu, Kang Emil lagi-lagi punya solusi jitu. Modifikasi PSBB Provinsi dengan menggesernya lebih jauh. Menjadi manajemen mikro penanganan pandemi hingga level desa dan kelurahan. Justru menjadi jalan keluar penerapan New Normal.

Kang Emil dengan Gugus Tugas Jawa Barat, dibantu sokongan kajian ilmuwan yang bermodal data dan metode ilimiah sudah jauh hari membuat peta level kewaspadaan di Jawa Barat. Membagi daerah dalam lima level atau zona. Mulai dari zona merah, biru, kuning, hijau dan hitam. Tidak hanya di level kabupaten/kota, tapi pembagian zonasi itu jauh lebih dalam. Hingga level desa/kelurahan.

Pembagian zona dalam level kewaspadaan tersebut menjadi jalan keluarnya. Peta level kewaspadaan itu membuat New Normal justru bisa dijalankan dengan efektif dan tepat sasaran. Daerah dengan kelir biru dan hijau misalnya, akan menjadi daerah pertama di Indonesia yang paling mungkin memulai New Normal.

Jawa Barat bukan beruntung. Tapi pemimpin di Jawa Barat mau menempatkan data dan metode ilmiah sebagai panglima di masa pandemi. Berkali-kali Jawa Barat sudah membuktikannya. Jadi tolong, jangan main-main dengan asal ambil keputusan menghadapi pandemi Covid-19. (*)

*) Suhendrik, warga Cirebon, Jawa Barat. Pegiat Peduli Penanggulangan Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: