Ekspor China Kembali Rontok

Ekspor China Kembali Rontok

JAKARTA – China menjadi negara raksasa yang terimbas dampak ekonomi setelah ekspor dan impor anjlok. Ini terjadi sejak Mei akibat pelambatan ekonomi, akibat Virus Corona (Covid-19) yang muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei. Meski demikian, negara tirai bambu itu terus berupaya menanamkan kepercayaan dunia global dengan menyelesaikan uji coba 10 vaksin penangkal wabah.

Ekspor manufaktur misalnya, turun 3,3 persen pada tahun lalu. Bahkan kondisi ini pun akan terus terjadi hingga akhir Juni dengan angka penurunan menembus 6,5 persen. Perkiraan ini pun dirilis dari jajak pendapat para analis yang dilansir Bloomberg.

China masih bisa tertolong dengan lonjakan 3,5 persen di bulan April, atas ekspor peralatan medis. Analis telah memperingatkan tanda-tanda bahwa penurunan yang lebih besar menunggu.

Data bea cukai setempat yang dirilis Minggu (7/6), juga menunjukkan penurunan impor yang lebih besar dari yang diharapkan pada tahun ini, yang turun sebesar 16,7 persen dan pada level terendah empat tahun. ”Bagian dari penurunan nilai impor dapat dijelaskan dengan penurunan harga komoditas di seluruh dunia,” terang Rajiv Biswas dari IHS Markit.

Kepala ekonom ING untuk Greater China, Iris Pang mengatakan, kemungkinan penurunan impor terjadi pada peralatan suku cadang. ”Ini terjadi akibat ketidakpastian global,” terangnya.

Selain peralatan medis, China masih diuntungkan dengan pengiriman benang tekstil, kain. Produk ini naik 21,3 persen untuk lima bulan pertama. Namun para analis memperkirakan dorongan ini bisa pulih, karena situasi virus membaik di seluruh dunia.

”Memang pertumbuhan ekspor rebound pada Maret dan April, bahkan ketika penguncian mulai berlaku di luar negeri, karena tumpukan pesanan yang menumpuk sementara pabrik-pabrik Cina tutup pada Februari,” kata Julian Evans-Pritchard of Capital Economics dalam sebuah laporan baru-baru ini.

Tetapi dia mencatat Purchasing Managers \'Index, ukuran utama aktivitas pabrik, masih menunjukan penurunan tajam dalam ekspor karena aktivitas di pasar ekspor belum terkendali. ”Sampai akhir tahun, kemungkinan ekspor sepi. Meski pun berangsung kondisinya membaik pada Juni dan Juli,” imbuhnya.

Menurut kantor berita negara Xinhua, China telah meluncurkan langkah-langkah untuk meningkatkan permintaan lokal. Bahkan pekan lalu telah menawarkan kupon senilai 12,2 miliar yuan ($ 1,7 miliar) untuk memacu konsumsi. Sementara itu, surplus perdagangan China dengan AS naik 3,7 persen menjadi $ 27,9 miliar pada Mei, dari tahun lalu. Ini juga lebih tinggi dari surplus $ 22,8 miliar di bulan April.

Ketegangan AS-China telah meningkat lagi dalam beberapa bulan terakhir, karena kedua belah pihak masih terus bersitegang akibat wabah Virus Corona. ”Perang dagang akan semakin meningkat setelah tidak adanya komitmen AS,” terang analis.

Menteri Sains dan Teknologi Cin Wang Zhigang mengatakan, pemerintah China telah mengalokasikan dana sebesar 20 juta dolar AS (sekitar Rp281 miliar) untuk Aliansi Vaksin dan Imunisasi Global (GAVI) selama periode 2021-2025.

Perdana Menteri Li Keqiang menambakan, langkah itu diambil untuk meningkatkan kerja sama vaksin Covid-19 secara global dalam mengembangkan vaksin Covid-19, sejalan dengan komitmen untuk menyediakan kebutuhan masyarakat global.

Terdapat 10 vaksin yang sedang diuji klinis dan 123 kandidat vaksin sedang menjalani evaluasi praklinis sebagaimana disebutkan dalam laporan terbaru WHO. Di antara 10 vaksin tersebut, lima di antaranya dikembangkan oleh China dan kini memasuki uji klinis tahap kedua.

Satu vaksin diregistrasi oleh pengembang dari China, Jerman, dan Amerika Serikat dan saat ini memasuki tahap pertama uji klinis. Hingga kini, jumlah infeksi di China, tempat laporan Virus Corona pertama kali muncul pada akhir tahun lalu, mencapai 83.036. Sementara itu, jumlah kematian masih berjumlah 4.634. (fin/ful)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: