Relawan Tagana Siaga 24 Jam Meski Insentif Belum Turun Sejak Januari

Relawan Tagana Siaga 24 Jam Meski Insentif Belum Turun Sejak Januari

Menjadi relawan bencana tidak bisa sekadar bekejar. Harus dibarengi dengan rasa ikhlas dan jiwa kemanusiaan. Setiap terjadi kebencanaan, mereka menjadi tulang punggung dalam penanganannya.

ABDULLAH, Kejaksan

SAAT terjadi bencana, relawan ini berada di garis depan. Dalam kondisi normal, tetap harus tetap siaga 24 jam. Di tengah pandemi covid-19, mereka ditugaskan di Dapur Umum Kota Cirebon yang buka setiap hari.

Tagana turun langsung di dapur umum. Memasak menu yang akan didistribusikan kepada masyarakat terdampak pandemi covid-19. Sejak Ramadan dapur umum ini dibuka. Petugas Tagana Kota Cirebon menggunakan sistem shift untuk bertugas.

Kapasitas sekali masak 40 kilogram beras. Relawan bahu membahu di dapur umum kantor Tim Penggerak PKK. Aktivitas ini sudah berjalan sejak pukul 06.00 WIB hingga 12.00 siang. Setiap harinya mampu menyiapkan hingga 350 paket nasi kotak.

Ketua Forum Koordinasi  Tagana Kota Cirebon, Subagio menjelaskan, sejak bulan Ramadan Tagana terlibat langsung dalam dapur umum di lima kecamatan. Setelah lebaran juga menggelar di 5 kecamatan, sampai 12 Juni.

Hasil masakan ini didistribusikan ke lima kecamatan. Sedangkan yang mengatur distribusi adalah tim penggerak PKK. Subagio menjelaskan, relawan bertugas sampai dengan masakan tersaji semuanya.

Kondisi ini bagi Tagana adalah hal yang biasa, karena mereka juga melakukan hal serupa seperti saat banjir di Kelurahan Kalijaga, Drajat, dan Pegambiran.

Sampai saat ini, kekuatan personel Tagana memang hanya 32 orang. Jumlah ini dibagi piket bergantian. Temasuk memaskandi dapur umum juga dibuat bergantian.

Namun, segala kerja keras itu memang tidak selamanya berbanding lurus dengan penghasilan yang diterima. Relawan mendapatkan insentif dari Kementerian Sosial (Kemensos) Rp250 ribu per bulan. Itupun sejak bulan Januari sampai dengan sekarang insentif belum turun.

Tapi Relawan Tagana tetap terdepan dalam misi kemanusiaan. Termasuk di tengah kondisi covid-19. Subagio menekankan, menjadi relawan memang tidak melulu soal uang. Kerja-kerja kemanusiaan membuat mereka rela berada di garis depan. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: