BI Prediksi Deflasi Juni 0,01 Persen
JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menyebutkan berdasarkan survei pemantauan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada pekan keempat bulan Juni ini diperkirakan terjadi deflasi sebesar 0,01 persen secara bulanan (month to month/mtm).
Terjadinya deflasi disebabkan adanya penurunan, seperti beberapa komoditas pangan, tarif transportasi udara, dan harga emas. Hasil survei ini lebih rendah dari inflasi pada Mei 2020 yang sebesar 0,07 persen.
Sedangkan seara tahun berjalan, Bank Sentral ini memperkirakan inflasi sebesar 0,9 persen dan inflasi tahunan (year on year/yoy) pada Juni 2020 sebesar 1,76 persen.
“Penyumbang deflasi utama berasal dari komoditas bawang putih sebesar minus 0,04 persen, cabai merah, jeruk, dan tarif angkutan udara masing-masing sebesar minus 0,03 persen,” ujar Direktur Eksekutif sekaligus Kepala Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko dalam keterangan persnya, kemarin (26/6).
Selain itu, lanjut dia, deflasi terjadi juga disebabkan penurunan harga cabai rawit, gula pasir,dan emas perhiasan masing-masing sebesar minus 0,02 persen. “Deflasi juga terjadinya penurunan harga minyak goreng sekitar 0,01 persen,” katanya.
Sementara harga komoditas pangan yang masih meningkat adalah daging ayam ras sebesar 0,13 persen, telur ayam ras 0,05 persen, dan tomat 0,01 persen. Maka, secara keseluruhan inflasi tahunan sebesar 2 persen sampai 4 persen pada tahun ini. Angka ini masih jauh dari target BI.
Saat ini, Onny menegaskan, di tengah pandemi Covid-19 pihaknya masih terus melakukan koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait agar laju inflasi tetap terjaga dengan baik.
Terpisah, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ariyo Irhamna mengatakan, bahwa secara umum, inflasi turun disebabkan beberapa aktivitas industri yang mengalami penurunan.
“Akan tetapi jika kita teliti melihat data, komponen inti inflasi meningkat sebesar 0,17 persen. Artinya deflasi beberapa produk jauh lebih signifikan dampaknya terhadap inflasi dibangkan komponen inflasi inti,” katanya kepada Fajar Indonesia Network (FIN), kemarin (26/6).
Tentu saja, menurut dia, deflasi yang rendah akan mengakibatkan kehidupan petani akan semakin susah. “Dampaknya tentu para petani akan merugi dan menambah angka kemiskinam dan Nilia Tukar Petani (NTP) rendah,” pungkasnya.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan tingkat inflasi yang rendah bisa mendukung penurunan tingkat suku bunga acuan ke depan. Meski begitu, pihaknya belum berencana untuk kembalu menurunkan suu bunga acuan. Selain itu, inflasi yang rendah bisa memperkuat nilai tukar rupiah. Adapun Rupiah saat ini berada di kisaran Rp14.200 per Dolar Amerika Serikat (AS).(din/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: