Waspadai Klaster Penyebaran Covid-19 di Tempat Hiburan, Daerah Harus Mengeluarkan Sertifikat Layak
JAKARTA - Klaster penyebaran Covid-19 melalui pasar, mulai bermunculan. Hal tersebut lantaran perilaku di pasar sangat kompleks. Demikian juga dengan tempat hiburan dan mal yang berpotensi menjadi klaster baru penyebaran Covid-19.
Pengamat kebijakan publik Universitas Trisakti, Trubus Rahardiansyah menyebut, tempat hiburan dan mal, berpotensi menjadi klaster baru Covid-19, jika tidak mengikuti protokol kesehatan.
\"Menurut saya, ini berpotensi sekali munculnya klaster baru setelah pasar dan area CFD apabila protokol kesehatan tidak dipatuhi,\" katanya.
Menurut Trubus, hal itu sangat beralasan mengingat Jakarta Pusat sempat menjadi kawasan tertinggi penyebarannya se-Indonesia. Itu terjadi karena banyaknya relaksasi bagi tempat nongkrong yang menjadi pemicu penularan Covid-19.
\"Kan kita konsennya pada akar persoalan. Istilahnya, horizontal scanning, ada pada akar persoalannya yaitu penyebaran virus. Yang harus ditanggulangi adalah semua kegiatan harus berkonsentrasi bagaimana memutus mata rantai penyebaran virus itu sendiri,\" tuturnya.
Dikatakannya, masih adanya tempat hiburan yang membandel, akibat lemahnya pengawasan. \"Tapi yang terjadi kan penempatan tanda silang sebagai penjagaan jarak, hanya \'lip service\'. Kesannya menipu bahwa tempat tersebut sudah layak dikunjungi. Pengawasannya lemah sekali. Menurut saya harus ada semacam rem kebijakan di mana yang melanggar diberikan sanksi sesuai Pergub 47 tahun 2020 terkait sanksi,\" ujar dia.
Trubus menyebut, tiap daerah harus mengeluarkan semacam sertifikat bagi tempat hiburan dan mal yang layak dikunjungi karena memenuhi standar protokol kesehatan.
\"Yang diutamakan kan masalah kesehatan. Jadi, tempat hiburan yang belum layak untuk dibuka ya jangan dibuka. Jangan diberi toleransi berlebihan,\" ucap dia.
Terkait bermunculannya klaster pasar belakangan ini, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Tri Nuke Pudjiastuti mengatakan, perilaku pasar sangat kompleks.
\"Perilaku pasar tidak hanya melihat masalah sosial, tapi juga masalah yang ada di komunitasnya masing-masing,\" katanya di Jakarta.
Pasar sudah menjadi bagian sangat kompleks, karena setiap individu yang ada di sana membawa perilaku dari lingkungan masing-masing. Karenanya komunikasi dengan yang ada di pasar itu jadi persoalan sendiri.
Untuk mengubah perilaku tersebut, dia mengatakan harus melalui komunikasi yang diintervensi di komunitasnya. Bahkan sampai ke tingkat rukun tetangga atau rukun warga.
Untuk mengubah perilaku tersebut, LIPI bersama beberapa universitas, termasuk bersama Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, mencoba memberikan pemahaman tapi melalui pola perilaku masyarakat.
\"Teman-teman UI itu mencoba buat pamflet yang mengingatkan, karena mengubah orang untuk ikuti protokol kesehatan itu mengubah mindset. Itu yang diadopsi Gugus Tugas. Sehingga di beberapa pasar itu ada poster. Ini bagian dari kajian teman-teman. Sekarang belum selesai,\" ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: