Menteri Luhut: Covid-19 Pukul Investasi dan Konsumsi

Menteri Luhut: Covid-19 Pukul Investasi dan Konsumsi

JAKARTA - Imbas pandemi Covid-19 telah merontokkan di berbagai bidang telah, terutama investasi dan konsumsi masyarakat. Perintah merasakan ekonomi nasional sangat terpukul atas kondisi tersebut.

\"Dari sisi permintaan, konsumsi, dan investasi itu betul-betul terpukul berat,\" kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut, Binsar Pandjaitan dalam video daring.

Namun, saat ini, lanjut Luhut, dari sisi ekspor sudah mulai bergerak meningkat. Geliat itu terjadi di sektor hilirisasi. Data yang diperoleh, ekspor besi dan baja lebih tinggi ketimbang ekspor kendaraan di masa pandemi ini.

Adapun, dia menyebut per 25 Juli 2020 ekspor besi dan baja mencapai USD4 miliar. Sementaraan kendaraan nilainya mencapai USD2,3 miliar. Tahun ini, dia menargetkan ekspor besi dan baja bisa mencapai USD10 miliar.

Angka tersebut memang masih rendah ketimbang dengan sektor lainnya. Meski begitu, ekspor tersebut bisa meningkatkan kinerja ekspor. \"Tahun ini kita harapkan besi and baja kita ekspor USD10 miliar, itu sangat berpengaruh pada nilai ekspor kota, lapangan kerja, penerimaan pajak dan lainnya,\" tuturnya.

Kesempatan itu, dia mengatakan pemerintah akan mempercepat proses belanja pemerintah. Hal ini untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional akibat Covid-19. \"Ini belanja nonkementerian/lembaga kita tingkatkan, kita percepat semua prosesnya. Sekarang semua pembangunan dipercepat supaya terjadi lapangan kerja dan sebagainya,\" ungkapnya.

Pemulihan ekonomi, menurut dia, suatu keharusan agar pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali segera stabil. \"Tapi tetap, semua perhatikan protokol kesehatan. Justru di sini seninya bagaimana memelihara penanganan Covid-19 dan penanganan ekonomi. Itu sebabnya dibuat satgas (pemulihan ekonomi) sehingga bisa menyinergikan dua hal itu,\" ucapnya.

Diketahui, pemerintah mengalokasikan Rp695,2 triliun dana penanganan Covid-19 yang dikelompokkan ke beberapa pos, yakni kesehatan sebesar Rp87,55 trilun, perlindungan sosial sebesar Rp203,9 triliun, insentif usaha sebesar Rp120,61 triliun, UMKM sebesasr Rp123,46 triliun, pembiayaan korporasi sebesar Rp 53,57 triliun, serta sektoral dan pemda sebesar Rp 106,11 triliun.

Terpisah, kepala Ekonom Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri menyoroti agar pemerintah tidak terlalu berharap banyak pada kinerja ekspor. Sebab ekspor hanya strategi dalam jangka pendek. \"Saya kira ekspor tidak bisa diandalkan seiring permintaan global melmbat dibandingkan permintaan nasional. Jadi strategi jangka pendek ini tidak akan berpengaruh banyak dalam menjag ekspor,\" katanya.

Dia memperkirakan kinerja ekspor Indonesia terkontraksi sampai minus 16 persen. Pun demikian dengan nilai impor pun turun sampai minus 18 persen dan diikuti dengan menyempitnya defisit neraca perdagangan. “Jika dengan strategi tersebut, saya tidak yakin jangka pendek akan efektif dan ampuh. Tetap perlu strategi jangka menengah dan panjang,” pungkasnya. (din/fin)

https://www.youtube.com/watch?v=YDkJ6MAdtlc

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: