Serangan Badak

Serangan Badak

Hukum yang berlaku: siapa yang memasuki pekarangan/properti tanpa izin pemiliknya bisa ditembak. Tidak harus ada peringatan. Tidak harus tembak bagian kaki.

Tradisi itu lahir sejak zaman belum ada negara itu. Mendasar. Mendarah daging.

Yang seperti itu yang sulit saya pahami —sebagai orang Jawa yang lahir dan besar di desa. Di desa saya orang bisa masuk ke pekarangan tetangga yang mana pun. Bahkan, bisa masuk rumah siapa pun. Tidak ada pagar, setidaknya tidak ada pintu pagar.

Pintu rumah saya tidak pernah dikunci. Bahkan tidak pernah ditutup, kalau siang hari. Pintu itu baru ditutup kalau ditinggal pergi beberapa hari. Tapi, pintu pagar tetap tidak ditutup karena memang tidak ada pintunya.

Untuk urusan seperti garam atau cabai, kami bisa masuk ke dapur tetangga tanpa minta izin. Rumah kami semua kosong di pagi hari. Semua ke sawah. Pintu rumah semua dibiarkan terbuka. Dan lagi memang tidak ada benda berharga di dalamnya.

Kami bisa masuk dapur para tetangga. Langsung mengambil garam atau cabai di situ. Baru belakangan, kalau ketemu tetangga itu, kami bilang bahwa tadi kami mengambil cabai di dapur.

Saya kadang lupa kalau lagi di pedalaman Amerika. Kebiasaan di desa sulit dihapus. John Mohn, ”keluarga saya” di Kansas, Amerika, begitu sering mengingatkan saya agar jangan menginjak batas halaman tetangga. Padahal, tidak ada pagar pembatas.

Di Amerika tidak ada tolong-menolong dalam pengertian seperti itu. Tolong-menolongnya juga tinggi, tapi ada prosedurnya.

Di sana menjaga properti masing-masing adalah bagian dari jihad individu.

Maka, kerusuhan seperti yang terjadi belakangan di Amerika sangat menakutkan. Terutama bagi orang kulit putih.

Itulah yang dimanfaatkan Trump untuk kemenangan politiknya.

Di mata mereka, Trump adalah kebanggaan. Trump sendiri terasa berhasil memberikan kebanggaan kepada kelompok yang seperti itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: