Istri Positif

Istri Positif

Hasilnya: positif. Ia merasa aneh. Kok tidak ada rasa apa-apa.

MA pun melakukan apa yang harus dilakulan: karantina mandiri. Ia menempati lantai atas rumahnya. Sendirian. Istrinya, yang wong kito Palembang itu, di lantai bawah. Sang istri juga sudah swab test: negatif. Demikian juga seisi rumah: mulai pembantu sampai sopir. Sekitar 20 orang. Semua diswab: dua orang yang positif. Tapi, keduanya, kini sudah sembuh.

Selama karantina itu MA olahraga sendiri di lantai atas. Treadmill. Ada treadmill di atas. Juga berjemur sendiri.

Makanan dikirim dari bawah. Lebih banyak buah dan sayur. Obat-obatan tersedia di lantai atas: mulai empon-empon sampai berbagai vitamin.

Selama 13 hari karantina itu suhu badan tetap normal. Kemampuan menyerap oksigen tetap 98. Dan tetap tidak ada batuk maupun sesak nafas. Bahkan kerongkongannya ikut normal —lebih karena puasa bicara berhari-hari.

Selesai karantina itu, MA swab lagi: negatif. Itu tepat sehari sebelum pendaftaran calon wali kota. Maka, keesokan harinya, hari Minggu, batas akhir pendaftaran, MA merasa aman untuk datang langsung ke KPU —dengan protokol kesehatan.

Kenapa MA positif tapi tanpa pertanda apa-apa?

Sebagai laki-kali (1 poin), di atas 60 tahun (1 poin), berhubungan dengan penderita Covid-19 (5 poin), MA tergolong tahan bantingan. Padahal, setidaknya, ia sudah mengumpulkan 7 poin untuk berisiko besar.

Tapi ia positif tanpa simptom.

Mungkin karena ia tidak punya sakit jantung (5 poin), diabetes (5 poin), darah tinggi (5 poin), radang paru (5 poin).

Kalau saja ia punya salah satu dari empat penyakit itu, pengumpulan poinnya sudah 12. Kemungkinan besar tertular dengan level berat. Apalagi kalau punya tambahan 2 di antara empat itu: bisa tertular berat sekali.

Teori nilai poin itu saya ambil dari doktrin Prof Dr Budi Warsono. Yang meninggal dunia karena Covid-19 pekan lalu (Disway 7 September 2020: Prof Elvis Warsono).

Beberapa hari sebelum tertular itu, Prof Budi masih ceramah. Lewat Zoom. Di depan teman seangkatannya di SMAN 1 Blitar. Temanya: bagaimana menghadapi Covid-19 dengan cara Golden Way.

Prof Budi adalah ahli penyakit dalam dari Unair. Sudah 20 tahun menyandang guru besar. Ia selalu menyarankan agar kita itu bisa berhitung. Agar bisa menentukan tingkat kewaspadaan.

Ia menganjurkan agar semua orang ingat McD: masker, cuci tangan, distancing. Juga agar kita semua hidup dalam 3E: exercise, eat well, dan enjoy life. Olahraga, makan bervitamin dan banyak gembira.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: