Ok
Daya Motor

IMF Memprediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Hanya 4,7 Persen

IMF Memprediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Hanya 4,7 Persen

IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 4,7 persen di tahun 2025 - 2026.-Foto: Istimewa-radarcirebon.com

RADARCIREBON.COM - Universitas Paramadina menyelenggarakan diskusi publik bertajuk "IMF Memprediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025 - 2026 Hanya 4,7%: Indonesia Bisa Apa?" secara daring.

Dalam paparannya, Wakil Rektor Universitas Paramadina, Handi Risza Idris, mengungkapkan bahwa Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia baru-baru ini memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,7%, berada di bawah ambang batas psikologis 5%.

“Ini merupakan konsekuensi dari warisan tantangan struktural yang belum sepenuhnya terselesaikan di era sebelumnya, dan kini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintahan Presiden Prabowo" ujar Handi.

Meski demikian, pemerintah melalui Kementerian Keuangan tetap optimistis dengan menetapkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% pada tahun 2025.

BACA JUGA:Bupati Cirebon Gagas Sekolah Unggulan Kembali Dihidupkan Demi Tingkatkan Mutu Pendidikan

Namun, menurut Handi, asumsi makro dan penyusunan APBN 2025 belum menunjukkan adanya terobosan signifikan.

“Konsumsi rumah tangga masih menjadi motor utama pertumbuhan, sebesar 4,9%. Ketergantungan yang tinggi ini justru mencerminkan kerentanan terhadap guncangan global," jelasnya.

Stimulus fiskal melalui APBN, yang berkontribusi sekitar 15% terhadap PDB, dinilai tetap krusial.

Di tengah beban berat APBN, pemerintah mengandalkan berbagai program prioritas seperti Program Danantara dan program makan bergizi gratis, dengan total anggaran sekitar Rp 750 triliun.

BACA JUGA:Wow! Kopdes Merah Putih Bakal Dapat Modal Pinjaman Hingga Rp5 Miliar, Tertarik Jadi Pengurus?

Handi menyoroti pentingnya kesiapan dan perencanaan matang, terutama dalam program ambisius seperti pembentukan 80.000 Koperasi Merah Putih yang dialokasikan Rp400 triliun.

“Kita harus belajar dari pengalaman masa lalu; proyek besar tanpa perencanaan kuat berisiko gagal" tegasnya.

Terkait dinamika global, Handi mengingatkan bahwa dampak perang dagang internasional.

Khususnya proteksionisme Amerika Serikat, telah meningkatkan ketidakpastian ekonomi dunia, memperlambat konsumsi global, dan menunda investasi korporasi.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait