Potensi Tragedi Global di Perang Iran dan Israel
Direktur Paramadina Graduate School of Diplomacy (PGSD) Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam PhD.-Foto: Istimewa-radarcirebon.com
RADARCIREBON.COM – Dunia tengah menyaksikan titik genting baru dalam konflik Timur Tengah dengan meningkatkan intensitas perang antara Iran dan Israel.
Ketegangan meningkat setelah Angkatan Udara Amerika Serikat mengerahkan pesawat kargo militer terbesar di dunia, C-5M Super Galaxy, ke Arab Saudi—hanya beberapa ratus kilometer dari perbatasan Iran.
Pesawat tersebut terbang dari Pangkalan Udara Aviano, Italia, ke jantung Teluk Persia pada Kamis, 19, Juni 2025.
Sebuah langkah yang dianggap sebagai sinyal keras atas kemungkinan intervensi militer AS secara lebih terbuka dalam konflik Iran–Israel yang terus memanas.
BACA JUGA:PT Cinta Damai Putra Bahagia Gelar Test Drive Suzuki Fronx Bareng Jurnalis
Direktur Paramadina Graduate School of Diplomacy (PGSD) Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam PhD menyebut langkah ini sebagai bagian dari “Eskalasi strategis yang berbahaya dan sangat mungkin memicu respons balasan yang lebih luas dari Iran maupun sekutunya.”
Lebih lanjut, Umam menekankan bahwa kehadiran militer AS dalam skala sebesar ini di kawasan konflik, tanpa mandat internasional, berisiko tinggi memicu benturan ego para pemimpin global.
“Kedekatan Iran dengan Rusia dan China bisa menghadirkan kekuatan yang menantang dominasi pengaruh AS di Timur Tengah,” jelasnya.
Menurutnya, jika ego-ego tersebut tak terkendali, situasi dapat berkembang menjadi strategic miscalculation—kesalahan kalkulasi strategis—yang membuka jalan bagi konflik terbuka dan, dalam skenario terburuk, penggunaan senjata pemusnah massal.
BACA JUGA:Hari Jadi ke-24, KDM Ingin Kota Cimahi Jadi Metropolitan yang Menjaga Kampung Tradisi
“Apabila ruang diplomasi ditutup rapat dan situasi tak terkendali, potensi tragedi global menjadi sangat nyata,” ujar Umam.
Di sisi lain, konflik Iran-Israel juga menunjukkan ironi besar dalam dinamika politik dunia Islam.
Meskipun Iran dikenal sebagai representasi mazhab Syiah yang memiliki perbedaan mendasar dengan Ahlussunnah wal Jamaah, secara geopolitik Iran tetap dianggap bagian dari komunitas Muslim global.
“Ketika Iran berani secara terbuka menghadapi Israel—negara yang berkali-kali dituduh melanggar hukum internasional dan norma-norma kemanusiaan di Palestina—justru banyak negara Islam memilih diam, atau bahkan mendiamkan serangan terhadap Iran,” kata Umam.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


