Ok
Daya Motor

Anak Sakit Gigi, Tapi Trauma ke Dokter, Harus Bagaimana?

Anak Sakit Gigi, Tapi Trauma ke Dokter, Harus Bagaimana?

Anak Sakit Gigi Tapi Trauma ke Dokter Harus Bagaimana-ist-radarcirebon.com

RADARCIREBON.COM -  Parents ada yang pernah mengalami anak susah diajak ke dokter gigi? Belum berangkat sudah ngambek atau bahkan Parents sendiri yang tidak tega bawa ke dokter gigi karena takut dengar alat pemeriksaannya?

Perasaan takut biasanya muncul dari respon seseorang saat menghadapi situasi yang dianggap sebagai ancaman atau pengalaman traumatis.Pertanyaannya, kok bisa anak jadi traumatis ke dokter gigi?

Dokter Gigi Spesialis Kedokteran Gigi Anak AUDY Dental, drg. Angelica Isadora Jonathan, M.DSc., Sp.KGA mengatakan bahwa banyak kasus keterlambatan penanganan penyakit gigi pada anak dipengaruhi orang tua.

“Banyak kasus yang saya temui kalau orang tua membawa anak ke dokter gigi dalam keadaan gigi sudah sakit dan perlu treatment yang cukup memakan waktu. Belum lagi masih ada persepsi kalau anak masih dalam tahapan gigi susu, gigi tidak apa-apa dibiarkan dalam keadaan sakit. Padahal kondisi tersebut bisa lebih berbahaya jika dibiarkan” ungkap drg. Angelica.

BACA JUGA:Pemprov Jateng Bebaskan Pungutan SMA, SMK, dan SLB Negeri Sejak Tahun 2020

Faktanya, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 (Riskesdas 2018) hanya 11,2% penduduk Indonesia yang melakukan perawatan medis saat menghadapi permasalahan gigi dan mulut. Jadi solusinya seperti apa?

Orang Tua yang ‘Biasa’ dengan Dokter Gigi

Sudah menjadi rahasia umum, tidak hanya anak kecil yang takut ke dokter gigi, bahkan sebagian besar orang dewasa pun mengakui ada perasaan takut, cemas, dan malu untuk ke dokter gigi. Namun Parents wajib diingat ya, bahwa dokter gigi ada untuk membantu permasalahan gigi yang dimiliki oleh pasien.

Pencegahan bisa dilakukan sedini mungkin melalui orang tua yang teredukasi terhadap perawatan gigi yang maksimal sejak bayi. Misalnya pada ibu hamil, pentingnya konsumsi makanan bergizi untuk mengoptimalkan pertumbuhan gigi anak sejak dalam kandungan.

Selain itu, orang tua juga harus termotivasi untuk menjaga kesehatan gigi keluarga. Salah satu caranya adalah dengan rutin ke Dokter Gigi, lebih baik lagi ditangani oleh Dokter Gigi Spesialis Kedokteran Gigi Anak (Sp.KGA) sejak anak tumbuh gigi pertama. drg. Angelica mengungkapkan banyak keberhasilan pasiennya dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anak dikarenakan orang tua yang rutin konsultasi untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam menjaga kesehatan gigi anak sesuai usianya.

“Salah satu hal yang paling saya selalu informasikan kepada orang tua adalah, untuk mulai mengurangi kebiasaan memberikan susu sebagai pengantar tidur. Kondisi gigi dan mulut anak yang tidak bersih sebelum tidur bisa meningkatkan resiko karies serta gigi berlubang pada anak di masa depan” terang drg. Angelica.

Riset Dokter Gigi yang Kids Friendly
Menurut drg. Angelica wajar bagi anak untuk merasa cemas untuk datang ke dokter gigi, apalagi di tempat baru dengan dikelilingi peralatan medis yang asing menjadi faktor seorang anak berani melakukan perawatan gigi atau tidak.

Sebagai Parents, sebaiknya anak dibiasakan ke dokter gigi sedini mungkin. Bisa dimulai dengan hal sederhana misalnya pemilihan klinik tempat perawatan gigi yang tidak terlalu jauh dari rumah, pastikan klinik gigi tersebut kids friendly, agar anak-anak memiliki pengalaman yang menyenangkan ketika berkunjung.

Misalnya di AUDY Dental, menyediakan lini klinik AUDY Kids yang didesain khusus untuk lebih ramah anak yang dilengkapi area playground dengan jangkauan lebih dari 50 cabang di kota-kota besar di Indonesia. Selain itu parents juga tidak perlu khawatir, setiap anak bisa mendapatkan mainan gratis sebagai rewards karena berhasil melakukan pemeriksaan gigi.

Kerjasama Antara Orang Tua, Anak, dan Dokter Gigi
Ketika parents sudah membiasakan anak ke dokter gigi, drg. Angelica mengatakan biasanya anak akan lebih kooperatif saat diajak untuk melakukan pemeriksaan. Orang tua pun dirasa tidak perlu khawatir, karena Dokter Gigi Spesialis Kedokteran Gigi Anak (Pedodonsia) selalu mempertimbangkan pendekatan berdasarkan kondisi psikologis anak.

Dokter biasanya selalu mengutamakan pendekatan yang lebih menyenangkan dengan mengajak main, memperkenalkan cara menyikat gigi yang baik dan benar, atau melakukan foto kondisi gigi melalui kamera intra oral.

Dengan kondisi anak yang sudah dirasa siap, dokter pasti perlahan akan melakukan pendekatan treatment mulai dari oral profilaksis (pembersihan gigi melalui brush elektrik), hingga anak bisa melakukan scaling. Pada tahapan ini, peran orang tua diperlukan untuk memberikan dukungan kepada anak, misalnya dengan memangku anak yang sedang melakukan pemeriksaan untuk membuat anak merasa lebih nyaman.

Bagaimana Parents solusinya? Semoga bisa membantu, ya! Manfaatkan momen liburan sekolah anak lebih berkesan dengan capaian baru: berani ke dokter gigi. Pastikan anak bahagia dengan kondisi gigi dan mulut yang sehat dan anak bisa lebih percaya diri.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait