Ironi Kemerdekaan dan Gaji Guru di Cirebon: Dimulai dari Semangkuk Bakso
Susi Meifi (kerudung oranye) bersama para guru dan pengurus yayasan memberikan arahan kepada murid SMP Harapan Kita Kota Cirebon. -Ade Gustiana-Radar Cirebon
RADARCIREBON.COM – Ironi kemerdekaan dan gaji guru di Cirebon yang tak menentu. Tidak sebanding dengan beban dan tanggung jawabnya.
Upaya pemerintah meningkatkan kesejahteraan guru masih meninggalkan berbagai pekerjaan rumah. Masih banyak peran guru yang terbaikan.
Seperti yang dialami Susi Meifi. Guru di SMP Harapan Kita. Sekolah swasta yang terletak di jalan Lemahwungkuk, Nomor 139, Kota Cirebon.
Susi Meifi mengajar sejak tahun 2010. Dimulai dengan menjadi tenaga pendidik di sebuah Taman Kanak-kanan (TK).
BACA JUGA:Fakta Miris Sekolah Swasta di Kota Cirebon, Gaji Guru Rp 300 Ribu, Siswa Baru Hanya 11 Orang
BACA JUGA:Alhamdulillah! Mendikdasmen Pastikan Gaji Guru, Dosen dan PPG Tidak Kena Efisiensi Anggaran
Perempuan yang kini berusia 51 tahun itu telah mengabdikan dirinya untuk dunia pendidikan. Namun, peran dan kiprahnya seakan terabaikan.
Pada awal karirnya sebagai guru, Susi sering berpindah-pindah sekolah dan tidak menerima upah.
“Kadang dibayar pakai bakso,” tutur Susi di SMP Harapan Kita, saat mengenang masa-masa awalnya mengajar.
Ketika mengajar di salah satu RA di Kelurahan Kalijaga, Kota Cirebon, Susi mendapat upah Rp150 ribu. Itu pun pembayarannya tidak menentu.
BACA JUGA:Buka Rekening BRI Cukup Muda, Hanya Ini yang Dilakukan Nikmati Keuntunganya
BACA JUGA:Terjadi saat Petugas Isi BBM 500 Ribu, Ini Kronologi Kebakaran di SPBU Mandirancan Kuningan
“Kadang pas gajian, dikasihnya sembako," ujar Susi dilansir dari Harian Radar Cirebon.
Susi terus bertahan di tengah situasi yang seperti itu. Dia tetap mengajar. Menuut dia, mengajar adalah panggilan jiwa. Susi tidak menganggapnya sebagai beban.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


