AGAR anak sulungnya, Ziankha Amorrette Fatimah Syarief lebih memahami Islam, Inggrid Kansil coba menanamkan ilmu agama dengan memasukkan anaknya mengikuti kegiatan pesantren kilat selama Ramadan. Kegiatan itu sebagai rangkaian perjalanan umrahnya yang rencananya akan berangkat hari ini. Kegiatan pesantren itu juga ditujukan Inggrid semata-mata untuk bisa memperkenalkan anak semata wayangnya, tentang apa saja yang akan dilakukan selama melakukan ibadah umrah. \"Saya mengharapkan kegiatan ini (pesantren kilat, red) bisa memperkenalkan kegiatan umrah buat anak saya. Anak diajak (umrah, red), sebelumnya saya masukkan dia ke pesantren kilat, karena baik buat dia,\" katanya. Dia mengatakan, walau pada saat bulan puasa dirinya melakukan ibadah umrah, namun hal itu tidak menjadi suatu kendala untuknya. \"Kalau umrah sambil puasa dibilang berat enggak ya, kala kita menikmati akan punya kenikmatan sendiri,\" ucapnya. Perjalanan umrah saat ini, diakui sengaja digunakan waktu Ramadan ini. Alasannya, kata Inggrid, agar pelaksanaan ibadahnya mendapat pahala lebih. Apalagi, dalam umrah nanti akan mengajak juga orang tua, dan mertua. ”Kami akan jalani umrah bersama-sama. Dan saya akan memaksimalkan waktu kita,” jelasnya. Inggrid mengaku, pelaksanaan umrah nanti adalah pengalaman kali pertama dilaksanakan saat bulan Ramadan. Bahkan, dia sangat berharap, ibadahnya nanti bisa mendapatkan lailatul qodar. ”Kalau kata Pak Ustad Lailatul Qodar itu terjadi di hari ganjil, dan sepuluh hari terakhir puasa. Tapi mudah-mudahan waktunya tetap khusus,” imbuhnya. Pelaksanaan umrah kali ini memang sudah menjadi yang terbaik. Karena, kata Inggrid, pelaksanaan ibadah ini sempat tertunda hingga empat kali. Rencananya, seluruh keluarga akan berangkat dengan jumlah sebanyak delapan orang. ”Saya ajak keluarga om saya, yang tadinya mau umrah bareng tetapi batal karena keburu dipanggil sama yang kuasa,” jelasnya. Namun, menjalani puasa saat umrah, menurut Inggrid, tidak berat. Dirinya berniat menikmati saja pelaksanaan puasa saat pergi umrah nanti. Karena, dengan menikmatinya, maka punya kenikmatan sendiri. Apalagi, saat puasa di depan Kakbah, maka puasanya pun akan lebih khusyuk. ”Tentu berbeda puasa di Kakbah dan di Jakarta. Kalau di Jakarta lebih banyak pemikiran duniawi,” imbuhnya. Inggrid menjelaskan, sejauh ini hubungan dengan suaminya masih terus langgeng. Dan di bulan Ramadan ini, dirinya rajin menghidangkan menu buka puasa untuk sang suami tercinta. Terkadang dia memasakkan kolak pisang. ”Pokoknya selama 30 hari ke depan, saya harus memasakkan kolak pisang,” tuturnya. Di Ramadan ini, kata Inggrid, ada rencana mau berbuka puasa dengan sejumlah anak yatim piatu. Tujuannya untuk bisa berbagi dalam memberikan rezeki sedikit. ”Karena sebagian harta kita adalah milik orang lain. Jadi di saat kita diberi kelebihan sama Allah, maka kita harus berempati dengan cara sedekah, ” tandasnya. (dny)
Inggrid Kansil, Puasa di Tanah Suci
Kamis 18-07-2013,11:01 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :